You 45: That Promises

1.1K 189 33
                                    

"Kan sudah kubilang, masih saja."

Aku sedikit memarahi Jennie.

"Ssh.. Kan dia yang mulai. Menggodamu dengan siulan dan kata-kata kurang ajarnya itu."

"Ya tetap saja kenapa kau balas?! Kan aku bilang biarkan saja tidak usah kita perdulikan orang seperti itu."

Aku menekan luka di pipinya dengan handuk hangat ini. Aku tidak mau ambil pusing dengan ulah iseng siswa laki-laki di sekolah yang menggodaku, tapi yang membuatku pusing ketika Jennie terlibat di dalamnya.

"Aw!"

Jennie menjauhkan wajahnya dariku.

"Lihat. Luka kan sekarang jadinya."

"Ya maaf."

Ujarnya dengan nada menyesal.

"Janji jangan berkelahi lagi?"

Aku menaikkan jari kelingkingku diantara kami. Jennie tersenyum.

"Janji."

"Benar ya?"

Aku memastikan ia memegang kata-katanya.

"Iya... Dan aku juga berjanji akan selalu menjagamu."

Sambungnya.

Aku membuka gelang tali di tangan kiriku dan memindahkan itu ke tangan kiri Jennie.

"Untuk apa?"

Jennie menatap gelang itu lalu menatapku.

"Mengikat janjimu supaya kau tidak berkelahi lagi baik di depan maupun di belakangku."

"Ya, ya, ya. Tidak merokok, tidak bolos, tidak berkelahi."

Jennie mengucapkannya dengan malas sambil mengibaskan tangannya. Aku tertawa melihat wajah sebalnya. Dia lucu.

"Kenapa kau merubahku menjadi lebih baik?"

Tanyanya.

"Karena aku kakakmu."

Jawabku. Jennie terdiam. Ia menunduk. Sejenak kemudian Jennie menatapku. Ia menggeleng pelan.

"Tidak. Kau cuma kakak tiriku. Bukan kakakku."

Jennie mendekat.

"Jen-"

"Dan aku tidak berjanji untuk tidak menciummu, bukan?"

"Jen-"

Aku tidak bisa mengelak, dan aku tidak bisa menghentikan bibirnya yang mendarat tepat di bibirku.

Jennie memejamkan matanya, ia menciumku dengan lembut. Aku merasa ini salah, tapi di satu sisi aku juga menginginkannya.

"Kau jangan ragu-ragu, Jisoo."

Ujarnya.

"Aku bukan adikmu, tapi milikmu."

Ia tersenyum nakal.

"Jen-"

Salahku mengobatinya di kamarnya. Jennie mendorongku ke kasurnya dan mengunci pergerakanku.

"Untungnya ini masih siang dan appa belum pulang."

Jennie menarik selimutnya hingga menutupi badan kami.

"Jen, jangan."

"Kita bisa tidur siang dulu. Yeeey!"

Teriaknya.

Ah. Ternyata. Itu maksudnya.

Tak lama kemudian ia mendengkur.

***

Wkwk gabut ya pagi pagi bikin ginian

Tapi ini bakal ada kaitan ke episod berikutnya kok. Hehe. Have a nice day.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang