"Jadi kau menghilang selama ini jadi penjaga minimarket?"
Irene sedang berjalan pulang ditemani Seulgi.
"Heh. Enak saja. Minimarket itu punyaku."
Seulgi pamer dengan bangga.
"Kok bisa?"
"Kau tidak tahu? Anak pemilik minimarket itu koma hampir dua tahun di rumah sakit."
"Oh. Terus?"
"Ya anak itu aku!"
Seulgi gemas dengan kepolosan Irene.
"Loh kok?!"
Seulgi memutar matanya dengan malas dan menghela napas.
"Kau kan..."
"Itu masa lalu kita. Tapi aku benar-benar hidup juga di kehidupan ini."
"Tapi kok?"
Irene merasa aneh.
"Sepertinya hal-hal di masa lalu yang belum selesai akan ada penyelesaiannya di masa depan? Mungkin seperti itu. Entahlah aku juga tidak tahu. Yang jelas aku harus berterima kasih pada Nenek itu."
Seulgi merentangkan kedua tangannya ke depan.
"Jadi kau bukan dewa kematian lagi?"
Tanya Irene dengan was-was.
"Bukan. Aku manusia. Sama sepertimu."
Seulgi tersenyum.
"Yah. Sayang sekali."
"Heh? Kenapa?"
Seulgi sedikit dongkol mendengar respon Irene.
"Karena aku menyukaimu saat kau jadi malaikat maut! Hahaha!"
Irene tertawa sumbang. Menutupi kekecewaannya.
"Tapi aku lebih menyukaiku yang sekarang."
Balas Seulgi.
"Kenapa?"
Irene menatapnya.
"Karena ternyata, aku bisa menemuimu."
Seulgi merapikan rambut depan Irene.
"...bisa melihatmu dari dekat. Bisa menjalani hari-hariku dengan normal."
Jantung Irene berdegup agak cepat. Ia masih ingin mendengar pengakuan Seulgi.
"...tidak perlu bekerja, punya usaha, dan kaya raya! Hahahaha!"
Tapi ternyata kalimat Seulgi selanjutnya sangat menyebalkan.
"Sial!"
Irene memukul kepala Seulgi.
"Ah! Sakit!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.