You 76: Plan A

767 99 44
                                    

Jisoo menguap, namun berusaha menahan kantuknya.

Matanya yang indah itu nyaris terpejam lagi, untung saja tangannya yang bertumpu pada lengan sofa masih kuat menopang dagunya yang tiada tara itu.

Sudah dua jam ia mendengarkan Chaeyoung yang berjalan mondar-mandir, kadang duduk, kadang menangis. Kelakuan khas orang yang sedang galau akibat patah pati.

"Kau harus membantuku, Jisoo!"

"Tapi apa idemu tidak keterlaluan? Aku takut sesuatu malah terjadi diluar rencana kita. Bagaimana kalau Lisa tidak berhasil kita bujuk?"

"Harus! Kau cukup mengikuti skenarioku saja."

"Euh.. Bagaimana kalau kita mengajak Irene juga, eoh?"

Jisoo duduk tegap, ia memajukan wajahnya sehingga lebih dekat dengan Chaeyoung sambil mengajukan idenya.

"Kenapa tidak bawa Jennie sekalian?"

Chaeyoung mendengus. Ia bangkit dari sofa dan berjalan mengitari sofa Jisoo.

"Kalau Jennie-ku tidak sibuk di studio barunya juga aku pasti akan mengajaknya."

Jisoo tersenyum miring.

"Beruntung sekali Jennie."

Chaeyoung menggerutu kecil. Ia menyentil foto Jennie yang ada di meja belakang Jisoo.

"YAK!" Jisoo melotot melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Ups"

Chaeyoung berjalan kembali ke sofa yang ia duduki tadi.

"Bagaimana? Kita ajak Irene ya?"

"Ya sudah. Coba saja." 

Jisoo segera menelepon Irene.

"Yeoboseyo?"

"Ah... Ahjumma. Annyeonghaseyo?" Jisoo sedikit menunduk, gesture memberi hormat, padahal itu di telepon. 

"Ah... Calon mantu. Ani, maksudku, Jisoo-ya?! Bagaimana kabarmu?"

"Baik, ahjumma. Ahjumma bagaimana?"

"Baik. Ah, kau pasti mencari Irene? Ponsel Irene tertinggal di rumah, tadi dia kusuruh pergi sebentar untuk belanja bahan makanan."

"Oh, baiklah Ahjumma. Nanti saja kuhubungi kembali. Gamsahamnida."

"Tidak ada?" Chaeyoung penasaran.

Jisoo menggeleng. Ia cemberut. Itu artinya dia harus bergerak sendirian untuk membantu Chaeyoung.

"Tunggu. Aku harus izin pada Jennie dulu!"

Jisoo segera mengetik pesan di ponselnya.

"Ck. Slave love."

Chaeyoung mencibir.

"Kajja!" 

Jisoo segera menarik tangan Chaeyoung dan menyambar hoddie-nya yang tergantung di balik pintu.

***

Seulgi berdiri di depan mini market di pinggir jalan. Sore ini sedang ramai hantu-hantu pejalan kaki yang lewat. 

"Cih."

Seulgi berdecak sebal menatap tumpukan selebaran di tangannya. 

"Sebarkan. Kau harus membantu usaha kita di tengah pandemi ini. Demi alam baka."

Pesan seniornya. 

Saat sedang menatap kertas bertuliskan iklan "Jeoseung-saja Cafe" Seulgi terperanjat karena ada tangan menepuknya dari belakang.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang