Beberapa minggu sebelum Jennie pindah dari Daegu..
"Anak dibawah umur sepertimu bisa apa memangnya tanpa orangtua? Lebih baik kau ikuti tawaranku. Makan tersedia, fasilitas lengkap, uang lancar, apa yang kau butuhkan ada. Semua yang kau butuhkan ada di dalam rumah itu. Kurang apa? Nikmati saja."
Jennie termenung di depan kolam renang sambil memikirkan perkataan Appa Krystal di ruangannya sore itu, beberapa bulan sebelum ia berada di rumah ini.
"Demi apa kau melakukan ini?"
"Tentu saja demi dirimu dan eomma-mu. Kau diusir appa-mu dan masih tidak mau berdamai dengan eomma-mu. Lalu, bagaimana kau bisa hidup? Dengan terus bergantung pada temanmu dan ibunya? Kau bebas di Daegu. Hanya saja aku harus mengawasimu. Kau akan berada dibawah pengawasanku dan Krystal."
Jennie tidak mengira pengawasan yang dimaksud Appa Krystal akan sangat ketat.
"Ah sial! Semua ruangan dipasangi CCTV!"
Jennie melempar batu yang dipegangnya ke kolam renang di depannya.
"Memang Irene tidak merasa kerepotan sama sekali, tapi aku juga tidak bisa begini terus. Sementara ini tawaran Appa Krystal cukup membantu walau terasa seperti di penjara."
Pikir Jennie saat itu.
"Mustahil aku memanjat dinding ini, disamping dan diluar juga ada CCTV."
Jennie kembali masuk ke dalam rumah itu. Ia menekan tombol lift menuju lantai tiga.
Melangkah ke luar lift, ia berbelok ke kanan. Ruangan di lantai tiga itu cukup luas.
Jennie kembali ke kamarnya dan membanting pintunya dengan cukup keras.
Ia melangkah ke kamar mandi. Duduk diatas kloset. Membuka google dan mulai mengetik.
"harga tiket pesawat-"
Namun tiba-tiba kursornya bergerak dan menekan tombol close.
"Sial. Tidak bisa."
Jennie lupa ponselnya dipasangi pelacak dan pengawas, dan terkadang akan di remote oleh orang-orang suruhan Appa-nya jika Jennie mencari hal yang mencurigakan.
"Mereka pasti masih mengawasiku sekarang. Kapan pengawas-pengawas sial itu tidur?!"
Jennie nyaris membanting ponsel yang diberikan Appa Krystal.
"Aku rindu ponsel lamaku."
Jennie menutup wajahnya, nyaris menangis. Ia ingat hari dimana ia menyetujui tawaran Appa Krystal.
"Pertama, kau harus mengganti ponselmu. Kedua, semua fasilitas yang kau butuhkan akan diantar ke rumah itu termasuk makanan, pakaian, dan apapun. Kau tidak membutuhkan uang karena semua kebutuhanmu akan disiapkan melalui ponsel ini."
Appa Krystal menyodorkan sebuah ponsel baru yang bahkan lebih bagus dari ponsel Jennie.
Jennie memberikan ponselnya.
"Kemarikan."
"Apa?"
Jennie menatap Appa Krystal dengan tatapan bingung.
"Memory card, dan nomor lamamu."
"Untuk apa?"
"Kau harus menggantinya juga dengan menitipkannya padaku."
Jennie yang masih berpikiran positif menyerahkan nomor dan kartu memory cardnya pada Appa Krystal, sebelum rasa kesal luar biasa menyelimutinya karena Appa Krystal meremukkan nomor ponsel dan kartu memorinya menjadi dua dan membuangnya ke tong sampah disampingnya, dan itu dilakukannya dihadapan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.