Park Joo-mi menunggu Cha Seung-won yang sedang berpamitan dengan Krystal di ruang tengah. Ia mencium kening anak gadis kesayangannya itu, membuat Park Joo-mi teringat dengan Jennie-nya.
"Ayo." Cha Seung-won menggenggam tangan Park Joo-mi.
Mereka harus menghadiri undangan pernikahan kolega mereka.
"Masih memikirkan Jennie? Atau Kim Min Joon?"
Tanya Cha Seung-won karena sedari tadi Park Joo-mi diam saja sepanjang jalan.
"Tentu saja Jennie."
"Kita akan menjemputnya segera, kan?" Cha Seung-won menatap Park Joo-mi sekilas.
"Jennie sedang memberontak, dia bahkan tidak melihatku seperti dulu. Membuatku gagal menjadi Ibu. Mana mungkin kita membawanya?"
"Hmmm..." Cha Seung-won tampak sedang berpikir.
"Aku jadi menyesali kesalahpahaman yang terjadi diantara kita bertiga. Seandainya saja dulu...""Sudah, jangan diungkit. Memang Kim Min Joon saja yang selalu semaunya sendiri, tidak mau mendengarkan orang lain, dan mengikuti pikirannya sendiri." Park Joo-mi sedang tidak ingin membahas masa lalunya.
"Coba saja dulu aku tidak datang ke rumahmu disaat dia sedang tidak ada di rumah."
Cha Seung-won mengingat kejadian belasan tahun yang lalu saat ia datang berkunjung ke rumah kedua sahabatnya yang baru menjadi pengantin baru. Saat itu Min Joon sedang pergi dan Joo-mi tidak sengaja menumpahkan minuman ke pakaiannya, membuat Min Joon yang baru datang salah paham saat mendapati Seung-won sedang mengganti baju di kamarnya.
"Bukan salahmu, Seung-won."
"Sekarang pertemanan kita juga jadi hancur." Cha Seung-won menarik napasnya, keningnya berkerut.
"Dia sendiri yang menghancurkannya. Padahal tidak terjadi apa-apa, tapi tuduhannya pedas sekali. Katanya cinta, tapi dia lebih dibutakan oleh egonya sendiri." Park Joo-mi mencibir sikap mantan suaminya.
"Lalu kenapa kau tidak membawa Jennie?" Cha Seung-won menyesali satu hal.
"Itulah satu-satunya kesalahan yang kusesali hingga sekarang dan tidak dapat kuperbaiki. Aku ingin menghukumnya melalui Jennie. Aku ingin dia tahu bahwa Jennie anak kandungnya dan bukan anakmu atau anak pria manapun."
"Dan nyatanya dia tidak perduli?" Tebak Cha Seung-won. Park Joo-mi menghembuskan napasnya.
"Sudahlah, tenang. Nanti kita cari cara lain ya. Aku akan membantumu menolong Jennie dan menjelaskan pada Min Joon baik-baik tentang ini."
"Tidak usah." tolak Joo-mi.
"Aku menyesali satu hal." ujar Cha Seung-won.
"Apa?" Park Joo-mi menatap suaminya.
"Aku menyesal karena terlambat tahu bahwa sejak kejadian itu kesalahan di hari itu selalu diungkit Min Joon setiap bertengkar denganmu, dan, aku menyesal karena kenyataannya terlambat menyelamatkanmu."
"Tidak perlu menyesal. Kau sudah menyelamatkanku, Seung-won."
"Tapi kita belum menyelamatkan Jennie."
"Tapi sepertinya Jennie betah disana. Entah mengapa firasatku mengatakan dia baik-baik saja. Kalau dia tidak tahan dengan Min Joon pasti Jennie akan kabur atau mencari bantuan. Aku ibunya, aku tahu dia bagaimana. Apa ini ada hubungan dengan anak Min Joon sebelumnya? Anak bernama Kim Jisoo itu?"
Ya, benar. Firasat seorang Ibu memang tidak pernah salah.
"Maksudmu anak Min-Joon dengan Yoon Se Ah?"
Park Joo-mi mengangguk. Ada raut sedih di wajahnya mendengar nama itu.
"Maaf." Cha Seung-won sedikit menyesal mengungkit masa lalu mantan suami isterinya.
"Tak apa. Aku merasa bersalah pada Yoon Se Ah. Karena aku terlambat tahu bahwa Kim Min Joon memiliki isteri di kota lain." Park Joo-mi tertawa hambar. Ia merasa ditipu Min Joon.
"Yang sudah diceraikannya sebelum menikahimu, Joo-mi. Bukan salahmu." Seung-won menenangkan isterinya.
"Tapi dia tidak membawa anaknya? Sama saja sepertiku."
"Dia membawanya sekarang. Bisa jadi apa yang seharusnya terjadi memang begini. Kita berdoa saja. Mungkin ada hal baik dibalik ini."
Park Joo-mi merasa lega, ia beruntung suami keduanya ini cukup bijak.
***
Ada yang inget nama eomma Jennie gak? Gue lupa :-( Mianhae kalo udah pernah disebut tapi beda namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.