"Suwon?"
"Iya."
"Suwon, Gyeonggi-do?"
Jisoo memperjelas nama daerah yang disebut Jennie.
"Iya, benar."
"Kenapa kau pindah kesana?"
Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepala Jisoo.
"Karena penjahat tidak perlu lari jauh-jauh dari rumahnya supaya tidak tertangkap."
Jennie tersenyum diseberang sana.
"Maaf baru bisa menghubungimu sekarang, aku baru bisa beli ponsel baru dan benar-benar lepas dari kejaran mata-mata Appa-nya Krystal."
"Kau kemana saja selama ini? Dan seenaknya saja tidak memberitahuku!"
"Daegu. Selama awal pelarian aku ditahan Appa Krystal di Daegu. Si berengsek itu menyita ponselku. Nomornya sudah dihancurkan di depanku dan menggantinya dengan ponsel khusus untuk melacakku kemanapun aku pergi. Cukup lama aku berusaha mengelabui Krystal dan Appa-nya. Setelah berhasil kabur aku pergi ke banyak tempat yang berbeda-beda."
Jisoo masih diam menyimak penjelasan Jennie.
"Aku bergabung dengan beberapa fotografer asing dan ikut membantu mereka. Kami keliling, lewat jalur darat, menyeberangi lautan, main ke pulau-pulau, melintasi negara lain. Kau tahu Jisoo, rasanya aku ingin sekali kau berada di sisiku saat aku melihat dan menemukan banyak hal baru. Semua kesenangan ini tidak pernah sama rasanya jika kusaksikan tanpamu. Tidak ada satu detik pun kulewati tanpa ada kau di dalam benakku. Siang dan malam, yang kupikirkan adalah bagaimana caranya agar aku bisa segera menemukan caraku sendiri untuk menghubungimu dengan aman. Maaf, sungguh terlambat sekarang."
"Kau dapat uang darimana? Setelah ini kau mau kabur lagi?"
"Jangan dingin begitu."
Jennie tidak kuat mendengar nada datar dan suara dingin Jisoo.
"Aku menjual rumahnya setelah mengubah sertifikatnya atas namaku. Tentu saja melalui Krystal. Lalu kabur dengan uangnya dengan hanya membawa passport."
"Kau gila! Itu kan kejahatan."
"Kalau itu bukan kejahatan aku tidak akan kabur, Jisoo."
"Jadi, sudah bertemu berapa banyak gadis cantik diluar sana?"
"Tidak banyak, hanya lebih dari seratus."
Jennie tertawa.
"Kau masih sempat tertawa ya? Hm?"
"Mian."
Jennie terdiam sejenak.
"..aku sudah ke Jepang, New Zealand, Indonesia, Los Angeles, dan kembali lagi ke Seoul sebelum pulang ke Gyeonggi-do, tapi tak ada yang secantik dirimu dan bahkan tak ada yang sanggup menggantikanmu, Jisoo. Tidak akan ada dan tidak akan bisa. Cepatlah lulus dan tinggal bersamaku kemudian kita menikah."
"Mwo? Michyeosseo?"
"Jinjja jinsim-iya. Kau harus belajar kabur, bersamaku."
"Irene akan marah jika mendengar ini."
"Aish kenapa kau bawa-bawa Irene!"
Jennie sebal Jisoo mengungkit Irene ketika ia sedang berbicara serius.
"Kau memberiku pada Irene, kan?"
Jisoo berjalan menuju kamarnya, senyumnya tak kunjung hilang daritadi.
"Tidak! Saat mengatakan itu aku kan sedang putus asa. Sekarang aku sudah bangkit!"
"Sebagai buron?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.