"Jaga dirimu."
Jennie mencium kening Jisoo sebelum berpisah dengannya di stasiun.
Ia melihat Irene yang sudah tiba disana menggandeng tangan Jisoo.
"Hah... menyedihkan sekali harus rela melihat kekasihmu digandeng orang lain seperti ini. Apa ada yang sama denganku? Aigoo."
Irene merangkul pundak Jisoo. Dari kejauhan Jennie berteriak, tidak terima melihat perlakuan Irene.
"Yak! Irene! Lepas! Siapa yang suru kau rangkul-rangkul Jisoo!"
Teriak Jennie.
Irene dan Jisoo hanya tertawa di tengah kerumunan orang-orang yang ramai pagi itu di stasiun, bersiap kembali ke Seoul.
"Ayo."
Irene menggandeng tangan Jisoo dan memegangnya erat-erat. Jisoo balas mengeratkan gandengan tangannya. Tangan kirinya menarik lengan jaket merah yang dikenakan Irene.
Kerumunan cukup ramai pagi ini. Keduanya mencari tempat duduk mereka.
"Kenapa Jennie pindah ke Daegu?"
Mendengar itu, Jisoo pun menoleh kearah Irene.
"Ceritanya panjang."
"Dan kenapa kalian kucing-kucingan begini?"
Irene hanya bisa bingung ketika ia diminta Jennie untuk menjemput Jisoo pagi-pagi.
"Nanti akan kuceritakan dari awal."
Jisoo tersenyum tipis, ia mengusap jemari tangan Irene yang masih digenggamnya.
Entah kenapa namun perasaan Irene berubah menjadi tidak enak setelah mendengar respon Jisoo. Ia merasa akan sakit jika mendengar penjelasannya. Namun Irene tidak dapat menahannya.
"Ceritakan sekarang saja bisa?"
***
"Eomma. apa kabar?"
Tidak ada jawaban.
"Aku mau menyerah saja. Aku lelah. Aku ingin menyusul Eomma saja. Apa boleh?"
Krystal masih terdiam cukup lama di depan makam itu.
"Sejak eomma pergi dan appa menikah lagi dengan perempuan itu, aku merasa lebih kehilangan segalanya..."
Krystal melihat ke hamparan langit biru diatasnya.
"Aku tahu tidak mungkin semudah itu mendapatkan Jennie kembali. Dan aku sudah mengira kemungkinan ini akan terjadi. Tidak mungkin semudah itu. Tapi... Dia orang kedua setelah Eomma, orang yang penting dalam hidupku."
"Sama seperti Appa. Orang pertama yang terpenting baginya adalah eomma, orang kedua, wanita itu."
"Tapi aku sama seperti Appa. Melakukan apapun untuk orang yang ia puja."
Krystal tertawa.
"Lihat bagaimana Appa dimanfaatkan Eomma Jennie? Dan lihat bagaimana aku dimanfaatkan Jennie demi Jisoo?"
Seulgi yang sedang duduk diatas pohon dekat makam Eomma Krystal pun tertegun mendengarnya.
"Siapa yang taro nasi goreng disini."
Gumamnya.
"Bawang. Dasar bodoh."
"Diam kau. Mau kusebut lagi namamu tiga kali?"
Seulgi menegur arwah cantik di depannya. Arwah itu langsung menghilang.
"Ah, sudah saatnya."
Seulgi menutup buku yang sedang dibacanya. Buku siksa alam kubur. Setelahnya ia segera bergegas menuju tempat penjemputan arwah selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.