Seulgi sedang berlari dibawah gedung kosong yang sedang dibangun itu. Nafasnya tidak beraturan. Malam ini malam yang sulit untuknya. Ia ditugaskan menjemput segerombol roh preman yang baru saja meninggal karena kecelakaan. Beberapa menit yang lalu sebelum ia disini...
"Ikut aku. Sudah waktunya kalian berangkat."
Titah Seulgi sambil menyentuh ujung topinya dari kiri ke kanan.
"Memangnya kau siapa?"
Arwah preman yang sedang duduk di tengah sambil mengangkat kakinya keatas meja menatap Seulgi dengan tajam. Seulgi sedikit berdebar melihat bekas codetan di pipi kiri pria gendut dan botak itu.
"Sudah waktunya kau kembali ke alam baka!"
Seulgi hendak menyeret mereka tapi pria gendut itu berteriak.
"Serang dia!"
Dan arwah-arwah gentayangan itu dengan wajah mengerikannya, mengejar Seulgi sambil membawa kayu. Langkah mereka cepat, walaupun sambil terseok-seok, dan wajahnya hancur, berdarah, terkoyak, dan mengerikan, mereka mendekat kearah Seulgi.
Seulgi terdesak. Dia tidak seharusnya merasa ciut, tapi ia berlari dan menjauh darisana.
"Sial! Kenapa malam ini aku ditugaskan sendirian sih!"
Dan disinilah Seulgi, berdiam di lorong kecil tepat disamping gedung kosong itu. Nafasnya masih tidak beraturan setelah lari dari kejaran setan-setan itu. Ia ingin menarik nafas sebentar sebelum menangkap mereka lagi.
SREEEEEEK
"Hah!"
Dua suara perempuan yang sama-sama terkejut.
"Kau?!"
Seulgi terkejut menatap Irene.
"Sedang apa jam segini?!"
Irene sedikit membentak Seulgi dengan suara tertahan. Ia masih terkejut mendapati Seulgi di tempat sesepi ini sendirian. Begitu pula Seulgi.
"Ada suara...Ada suara...."
Seulgi menoleh ke sekitarnya.
"Sial. Setan-setan itu."
Seulgi menatap Irene dengan wajah serius. Ia memegang bahu Irene dengan kedua tangannya. Seulgi merasa tidak punya waktu lagi.
"Aku tahu ini gila, tapi, tolong jangan bersuara dan menurutlah padaku."
"Ada apa?"
Irene jadi panik, ia ketakutan. Ia memegang lengan Seulgi.
"Ada disini.... Darisini... Tadi disini..."
Suara itu terus terdengar berulang-ulang. Tak lama kemudian sekitar tujuh arwah penasaran itu turun ke jalanan. Tak ada kendaraan yang lewat disana. Suasana mendadak mencekam dan sangat sepi. Seulgi dan Irene masih berdiam di lorong sempit itu. Tapi mereka dapat melihat kearah jalanan darisini.
"Mereka siapa? Kenapa mereka seperti zombie?"
Irene mencengkeram lengan kemeja Seulgi, ia ketakutan.
"Mau sampai kapan kita bersembunyi dibalik bak sampah ini?"
"Tenanglah."
Seulgi memejamkan matanya, ia merasa pusing. Ia mengamati keadaan.
"Mereka menyeramkan."
Irene meringis.
"Ssstt... Jangan menangis. Mereka bisa mendengarmu. Lihat saja aku. Kajja."
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.