Jarum jam di rumah berdentang dua belas kali, tapi matanya masih tidak bisa terpejam. Gadis itu gelisah di tempat tidurnya.
"Ck, sial."
Jennie mengibaskan selimutnya.
PRANG!
Tiba-tiba ia mendengar suara sesuatu pecah dari luar. Jennie berdiri, lantas ia bergegas melangkah kearah pintu dan membukanya. Ia menonjolkan kepalanya, menoleh ke kiri dan kanan. Lalu masuk kembali ke kamarnya membawa tongkat baseball yang terbuat dari besi.
"Sreeek... Sreeeek..."
Ia berjalan perlahan, mendekati sumber suara. Jennie melihat siluet orang sedang menunduk di kegelapan.
Bayangan itu memegang sesuatu yang panjang ditangannya. Sapu?
Jennie mendekat, ingin menghantam orang yang dicurigainya sebagai maling.
Siluet orang yang sedang duduk terjongkok itu menoleh ke belakang, Jennie refleks mengangkat tongkat baseballnya keatas, siap mengayunnya kearah bayangan itu.
"Aaaaah! Jangan! Jangan! Ini aku!"
Bayangan itu berteriak.
"Jisoo?" Ayunan Jennie terhenti di udara.
Ia mencari saklar lampu. Jisoo masih jongkok ditempatnya.
"Kau?"
Jisoo tersenyum kecil, menampakkan barisan gigi-gigi putihnya.
"Kukira maling!" Teriak Jennie.
"Maling mana yang kerjaannya jongkok diam daritadi setelah mecahin gelas?" Jisoo menatap Jennie, kesal karena disangka maling.
"Ah, eh..." Jennie menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kenapa itu?"
Jennie mengernyit, melihat serpihan kaca di lantai.
"Aku menjatuhkan gelas, tidak sengaja, tadi mau minum."
Jelas Jisoo.
"Bukan itu. Kenapa itu tanganmu?"
Jennie mendekat, ia sedikit menunduk, menarik lengan kanan Jisoo.
"Tidak apa-apa kok."
Jisoo menjawab Jennie sambil menatapnya dengan tatapan polos.
"Tidak apa-apa bagaimana? Lihat ini jarimu berdarah."
"Sedikit "
Kalau di drama korea ada adegan tokoh utamanya menghisap darah di tangan pasangannya yang terluka karena beling, maka realita tidak seindah drama korea.
"Itu banyak! Yasudah cepat bereskan!"
Jennie berbalik, pergi meninggalkan Jisoo sendirian.
Jisoo hanya menghela napasnya pelan. Ia membereskan sisa-sisa pecahan gelas, menyapunya, membuangnya ke tempat sampah, dan berjalan kembali menuju kamarnya. Ia sudah mencari kotak obat tapi tidak berhasil menemukannya, ia hanya berhasil menemukan sebuah plester luka saja.
Jisoo membuka pintu kamarnya, ingin segera tidur. Jarinya lumayan nyut-nyutan.
"Jennie tidak terlihat, mungkin dia sudah di kamarnya." Pikir Jisoo.
Cklek.
Pintu terbuka, dari dalam. Jisoo mundur selangkah.
"Hantu!" Jantung Jisoo berdetak cepat.
Muncul sosok Jennie.
"Jennie?" Detakan jantung Jisoo mulai kembali tenang.
"Lama sekali sih! Cepat masuk! Mau diobatin kok malah lama, nanti infeksi. Ck, bodoh. Cepat kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.