"Chaeyoung bangun!"
"Iya, sebentar lagi Lisa, kau ini cerewet seka-"
"Ini eomma."
Chaeyoung tertegun mendengar jawaban Eomma-nya.
Padahal sudah berhari-hari berlalu sejak kejadian di rumah Lisa malam itu. Sekarang semuanya sudah berubah. Tidak ada lagi Lisa yang sering tidur disampingnya, atau suara Lisa yang nyaris setiap hari berbicara tanpa putus di kamarnya.
"Cepatlah bergegas dan turun ya."
Eomma Chaeyoung acuh tak acuh melangkah keluar kamar dan menutup pintu kamar Chaeyoung.
Ada sesak yang diam-diam menyelinap ke dalam perasaan Chaeyoung, membangkitkan kembali memori yang perlahan-lahan menghujam pikirannya, menghadirkan ulang dengan jelas semua kata-kata Lisa malam itu yang diucapkan oleh lidah tak bertulangnya.
"Ah, jadi begini rasanya."
Chaeyoung menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya.
"Kenapa sulit sekali melupakannya?"
Chaeyoung masih termenung di kasurnya.
"Move on tidak semudah itu, kawan."
Komentar Seulgi, yang sayangnya tidak bisa didengar oleh Chaeyoung.
"Hah, menyesal aku lewat sini. Niat cari jalan buntu malah melihat pemandangan yang menyedihkan."
Seulgi melanjutkan jalannya, menjemput tetangga Chaeyoung.
***
Chaeyoung tidak dapat mengalihkan fokusnya dari Lisa. Percuma gurunya menjelaskan di depan, fokusnya hanya pada Lisa yang duduk di depannya dengan jarak yang cukup jauh.
"Apa tidak bisa kuajak berdamai lagi?"
Pikirnya.
"Ingin melepasnya tapi hati ini masih merindukannya."
Chaeyoung gelisah memutar-mutar pena di tangannya.
"Masa sih dia benci padaku? Secepat ini? Apa memang dia sudah melupakan segalanya? Masa Lisa sepikun itu? Apa dia hanya marah sesaat kemarin?"
Pikiran Chaeyoung penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar di dalam kepalanya. Ia berspekulasi dengan berusaha mencari celah kesempatan untuk mendekati Lisa.
"Apa yang akan aku katakan nanti? Bagaimana kalau dia tidak mau melihatku?"
"Ck!"
Chaeyoung mendecak sebal.
"Sekarang dia kemana?"
Chaeyoung berdiri dari kursinya, membuntuti Lisa yang melangkah keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Membuntutinya diam-diam.
"Kenapa dia sendirian saja? Kupikir dia akan menemui Jisoo."
Chaeyoung masih membuntuti Lisa, tentu saja dengan jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak mencolok. Lisa bahkan tidak akan tahu ada Chaeyoung di dekatnya.
Namun ia melihat seseorang menabrak bahu Lisa.
"Ah..."
Chaeyoung masih mengamati keduanya.
Orang itu menunjukkan raut wajah marah dan gesture menunjuk-nunjuk Lisa.
"Hei! Kau yang menabraknya, kau yang harus minta maaf!"
Teriak Chaeyoung.
"Ups.."
Chaeyoung menutup mulutnya. Siswa-siswa yang berjalan di sekitar sana menatap kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.