You 40: Pretending

1.2K 174 57
                                    

Kurutuki kebodohanku yang sudah menyakiti Jisoo.

Apa aku harus kehilangan orang yang kusayangi lagi? Dua orang sekaligus? Sahabatku dan kakak tiriku?

Tidak mungkin mengakui bahwa aku mencintainya dihadapan Chaeyoung. Disaat aku tahu bahwa Chaeyoung juga menyukainya, dan disaat Jisoo belum tahu perasaanku yang sesungguhnya.

Maaf, Jisoo.

Tapi sungguh kau bukan sasaranku untuk balas dendam.

Maaf, aku menyayangimu dengan sangat.

Air mataku tidak berhenti mengalir juga sejak Chaeyoung pergi tadi. Biarlah, memang Jisoo lebih pantas bersama Chaeyoung. Aku bukan tandingannya. Aku tidak bisa membuat Jisoo bahagia.

"Jangan menangis lagi. Hentikan." suara seseorang yang kukenal. Aku mendongak, melihat orang itu.

"Sana cepat minta maaf pada kakakmu diluar, dasar adik kurang ajar!" Chaeyoung menarik lenganku, menyeretku untuk berdiri.

"Chaeyoung..." Dia kembali?

"Lain kali jangan mengerjai kakakmu seperti itu."

"Aduduh sakit! Lepaskan!" Aku mendorong Chaeyoung, dia mencubit perutku.

"Cepat sana!"

Aku keluar kamar, melihat Jisoo sedang duduk di ruang tamu. Sedikit ragu untuk berjalan mendekatinya.

"Aku pulang dulu. Dan aku janji tidak akan ada yang tahu soal hari ini."

Aku menatap Chaeyoung tak percaya, kemudian ia menepuk bahuku sebelum pergi. Chaeyoung berjalan mendekati Jisoo.

"Aku pulang ya." Ia mengecup puncak kepala Jisoo sebelum pergi. Sial.

"Sampai jumpa, Jennie." Dia tersenyum. Moodnya bagus sekali sepertinya, tapi kenapa aku kesal ya melihatnya?

Aku berjalan mendekat, ingin menyapa Jisoo tapi leherku tercekat. Seperti inikah selama ini rasanya dia ketika berusaha mengajakku berbicara?

Rasanya sungguh tidak enak.

"Ji-Jisoo, aku.."

Jisoo menoleh kearahku, wajahnya biasa saja, tidak ada raut-raut kekesalan disana.

"Maaf." Hanya itu yang bisa kukatakan.

"Tidak apa-apa, Jennie. Santai saja ya." ia malah tersenyum.

Oh Tuhan terbuat dari apa dia ini? Kenapa dia masih bisa baik padaku setelah kuperlakukan dengan kasar?

"Kau tidak marah?"

Pertanyaan bodoh macam apa itu, Jennie. Tapi aku penasaran kenapa dia masih bersikap biasa saja.

"Tentu saja tidak. Kau adikku. Wajar saja kan kakak-adik bertengkar lalu berbaikan lagi?"

Kenapa kalimat itu terdengar begitu menyakitkan di telingaku ya?

"Ah... Iya. Maafkan aku. Benar-benar maaf."

"Tidak apa-apa Jennie."

"Hmm?"

Apa ini? Tangan Jisoo mengusap kepalaku.

Rasanya hangat, dan menenangkan.

"Kau hanya kesal kan? Bukan balas dendam maksudmu, iya kan?"

Aku hanya bisa menatapnya, antara terkejut dan takjub karena ia seperti bisa membaca isi pikiranku.

"Eonnie tetap menyayangimu kok. Tenang ya, kau tidak akan sendirian."

"Tidak!"

"Mwo?" Jisoo menarik tangannya yang mengelus kepalaku.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang