You 19: Book

1.5K 259 74
                                    

Irene sedari tadi ragu hendak masuk ke kelas yang membuat langkahnya terhenti. Ia sedang melihat Jisoo, duduk tenang di mejanya, membaca sebuah buku di mejanya.

Menimbang-nimbang, haruskah ia masuk ke dalam? Atau lewat begitu saja?

"Hmm... Masuk jangan ya."

Guru sejarah mereka baru saja keluar kelas dan murid-murid menyusul bubar menuju kantin.

"Ayo, mau masuk apa dimasukin."

Irene menoleh, keningnya berkerut mendengar suara bass disampingnya.

Chanyeol sedang tertawa bersama Xiumin.

"Apasih?!"

Chanyeol kaget, ia menoleh pada Irene.

"Apa?"

"Ayo, cepat. Masukin aku. Ke grup."

Sambung Xiumin.

"Oh. Grup." Batin Irene.

"Ah, tidak." Balas Irene.

"Aneh." Chanyeol melanjutkan berjalan keluar kelas bersama Xiumin.

Ia pikir dirinya tertangkap basah sedang berpikir untuk masuk ke dalam atau tidak.

Irene membatalkan niatnya untuk masuk ke kelas itu. Ia memutuskan untuk berjalan ke kantin.

"Eh, tunggu. Aku ada ide."

Ia berbalik kembali, menuju kelas Jisoo.

"Hai." Irene yang sudah berdiri di depan Jisoo menyapanya.

"Oh, hai." Jisoo tersenyum melihat Irene.

"Jisoo, boleh pinjam buku sejarah? Setelah ini aku ada pelajaran sejarah."

"Tentu. Sebentar ya."

Jisoo mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.

"Irene, nanti ada acara makan-makan pembubaran panitia sepulang sekolah. Kau datang ya."

Tzuyu datang, memberitahukan pengumuman itu pada Irene.

"Ah, tidak bisa. Aku ada acara keluarga siang ini." Tolak Irene, bohong.

"Sayang, cepat! Sudah kelamaan itu bicaranya!"

Sana memanggil Tzuyu manja dari depan pintu kelasnya. Nada bicaranya bercanda sih.

"Oh, yasudah. Sampai nanti ya."

Tzuyu bergegas pergi menghampiri kekasihnya, menggenggam tangannya, dan berjalan keluar kelas.

"Gomawo. Eh, kau suka baca buku?"

"Suka. Rencana sepulang sekolah aku mau mampir ke toko buku dulu."

Jelas Jisoo.

"Aku ikut ya?" Irene berharap.

"Hmm? Bukannya kau ada acara keluarga?" Tanya Jisoo.

"Tidak jadi. Acaranya bubar."

Jawab Irene.

Jisoo menaikkan sebelah alisnya, bingung.

"Bubar. Aku bubarin. Aku yang bikin acaranya."

"Hah?" Jisoo ingin tertawa rasanya, tapi ia bingung.

Apasih Irene? Alasanmu gak banget tau.

"Oh? Iya?" Jisoo menahan tawanya.

"Yasudah, ayo." Jawabnya kemudian.

"Yes!" Batin Irene senang.

"Ini." Jisoo mengulurkan buku sejarah.

"Goma-ah!"

Tangan Irene tidak memegangnya dengan benar, buku itu meluncur mulus ke lantai. Ia segera mengambilnya.

"Eits." Tangan Jisoo menyentuh punggung tangan Irene.

"Yeeeesss!" Lahir Irene senang. Tadi batinnya kan yang senang duluan. Sekarang Irene senang lahir batin.

"Maaf." Jisoo hendak menarik tangannya.

"Jangan tarik! Jangan tarik! Yah, lepas."

Batin Irene meronta-ronta. Menderita. Cukup batinnya saja yang menderita, jangan sampai kali ini ia menderita lahir batin.

Irene jadi memungut bukunya sendiri.

"Kau sedang baca buku apa?"

"Norwegian Wood-nya Haruki Murakami."

Jawab Jisoo sambil mengangkat buku dimejanya, memperlihatkan sampulnya.

"Wah, itu buku apa?"

"Ah, tidak seru jika kubahas. Lebih baik kau baca sendiri."

Jisoo tersenyum jahil.

"Ah, Jisoo, kau pelit!"

"Kau harus coba. Ini kalau kau mau pinjam. Aku sudah tamat membaca buku ini sekali."

Jisoo menawarkan.

"Bacakan untukku."

Irene menawar.

"Kebagusan. Kau buta ya? Atau mau kubacakan?"

Chaeyoung datang dan menyambung pembicaraan mereka. Chaeyoung tertawa, tetap dalam gaya bercanda santainya.

Tapi Irene merasa terusik, walaupun begitu ia mencoba untuk tetap tenang.

"Chaeyoung, jangan begitu." Jisoo menegurnya.

"Sudah, tidak apa-apa. Sini mana bukunya biar kubaca sendiri." Irene mengulurkan tangannya pada Jisoo.

Jisoo memberikan bukunya.

"Gomawoyo. Sampai jumpa nanti siang!" Irene menarik hidung Jisoo pelan.

"Hei! Hidungku!" Jisoo berteriak kecil tapi ia tertawa.

Irene melangkah keluar kelas.

"Nanti siang? Ngapain?" Chaeyoung kepo.

"Irene mau ikut aku ke toko buku." Jawab Jisoo santai.

"Mwo?" Chaeyoung melongo.

"Aku juga ikut ya." Pintanya.

"Boleh saja." Jisoo membolehkan dengan santainya.

"Kau, belum makan?" Chaeyoung penasaran. Ia tidak melihat Jisoo keluar kelas daritadi dan tidak menemukannya di kantin

"Nanti."

"Jangan lupa makan ya, sebentar lagi jam istirahat selesai. Aku ke kelas dulu, ada tugas yang harus kusalin."

Chaeyoung mengusap kepala Jisoo, mengingatkan.

"Iya. Gomawo."

Jawab Jisoo, mengantar kepergian Chaeyoung.

Jisoo mengeluarkan buku untuk mata pelajaran selanjutnya. Bahasa Inggris. Huh, ia kurang suka mata pelajaran ini.

Kelas masih sepi.

Tiba-tiba...

"Hei. Ini. Dimakan!"

Jennie meletakkan sebungkus roti cokelat dan sebotol air mineral di meja Jisoo.

"Eh?" Jisoo mengerjapkan matanya.

"Kau, belum makan kan daritadi? Nanti kau sakit, dan appa memarahiku."

Jawab Jennie sebelum pergi begitu saja meninggalkan Jisoo.

Jisoo memakannya. Diam-diam Jennie mengintipnya dari luar, ia tersenyum senang.

Dan siang itu berakhir dengan Irene yang tidak memakai bukunya sendiri dan memilih memakai buku sejarah Jisoo, Chaeyoung yang sibuk memikirkan rencananya untuk menjauhkan Irene dari Jisoo nanti siang, dan Jennie yang diam-diam tersenyum sendiri di kelas karena rotinya dimakan Jisoo.



YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang