"Kenapa harus dia bawa racun aslinya? Harusnya dibuang saja."
Jisoo berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit.
Dia segera membawa Chaeyoung ke rumah sakit dengan taksi begitu tahu Chaeyoung meneguk racun asli yang tertukar dengan racun palsu.
Ia menghubungi Lisa namun Lisa tidak dapat dihubungi.
"Baiklah. Lisa, kau harus baca ini!"
Jisoo gemas melihat dua pasangan yang tidak kunjung akur jua ini.
Ia mengetik pesan berisi penjelasan rencana Chaeyoung yang dibuat untuk berbaikan dengannya, bahwa Chaeyoung masih sangat mencintai dan menyayanginya, dan merindukannya selama beberapa bulan ini. Dan tentu saja bahwa sekarang Chaeyoung dirawat di rumah sakit karena meminum racun tanpa sengaja.
Tapi lagi-lagi pesan itu hanya dibaca.
Jisoo tidak pulang walau orangtua Chaeyoung sudah datang.
Ia berharap Lisa datang.
"Pulanglah. Aku tidak apa-apa."
Ujar Chaeyoung pada Jisoo.
"Lisa?"
"Nanti kita jalankan rencana B." balas Chaeyoung dengan santai.
"Hei"
"Aku mau tidur. Kau pulang saja, Jisoo. Maaf tidak bisa mengantarmu. Coba telepon Jennie minta jemput?"
Saran Chaeyoung sambil memasukkan kepalanya ke dalam selimut.
"Baiklah."
"Mwo?" Chaeyoung menonjolkan kepalanya lagi.
"Halo? Chagiya, tolong jemput aku di rumah sakit."
"..."
"Mmm... Kau tidak mau melihat Chaeyoung?"
"..."
"Nde chagiya. Hati-hati."
Jisoo mengakhiri panggilannya.
"Apa katanya?"
Chaeyoung penasaran.
"Jennie akan datang menjemputku dan membawaku ke rumahnya."
"Mwo? Kalian kesana? Malam-malam begini? Kalian gila?"
"Dia juga mau melihatmu katanya dia merindukanmu."
"Aish... Jinjja."
Jisoo terkekeh melihat Chaeyoung.
"Bilang padanya hati-hati."
"Baiklah. Aku tinggal makan malam dulu ya."
Jisoo bangkit dari kursinya.
***
"Bagaimana ya?"
Seulgi berjalan mondar-mandir, ia gugup, tapi tidak tahu bagaimana cara memberikannya.
"Ah, sudahlah, kuletakkan disini saja!"
Seulgi meletakkan sebuah paket yang sudah dibungkusnya di depan pintu rumah Irene, setelahnya ia mengetuk pintu rumah Irene beberapa kali dan segera pergi darisitu.
Seulgi mengintip dari balik pohon di depan rumah Irene.
Irene keluar dari rumahnya.
"Siapa?"
Tidak ada orang disana.
Namun Irene melihat sebuah bungkusan panjang di bawah lantai.
Irene jongkok, memungut bungkusan itu.
"PEL UK UNTUK YANG SEDANG BERULANG TAHUN. SEMOGA PANJANG UMUR."
Tulisan menggelikan diatas bungkusan itu membuat Irene tertawa geli.
"Dia?"
Irene menduga Seulgi yang mengirimnya.
"Apa ini benar-benar Pel UK? Padahal bukan pel maksudku. Pel UK... Peluk."
Irene membawa pel UK nya masuk ke dalam rumah, sambil tersenyum ia menutup pintu rumah. Malam ini dia akan tidur nyenyak.
***
"Chagiya..." Jisoo berbisik pelan.
Jisoo mengelus wajah cantik Jennie yang sedang tertidur pulas.
Menatapnya lekat-lekat. Untungnya rambut Jisoo tidak mengenai wajah Jennie yang sedang ia tatap dibawahnya.
"Bogoshiposso." Jisoo tersenyum menatap Jennie.
"Akhirnya aku bisa menatapmu lagi seperti ini."
"Kau sudah berusaha keras sekali. Sabar ya, sebentar lagi aku akan menyusulmu dan setelahnya kita akan bersama lagi. Aku akan berada di sisimu untuk waktu yang lama. Tidak hanya sebentar-sebentar seperti ini. Aku juga janji akan merawatmu setelah ini, memperhatikanmu, dan hanya memikirkanmu. Tunggu. Sabar, sebentar lagi."
"'Aku ingin menikahimu dan kita akan bahagia selamanya."
"Aku tidak perduli kita punya anak atau tidak, kau yang terpenting."
"Jangan pernah menyesal ya. Karena kau keajaiban paling indah yang terjadi dalam hidupku."
Jisoo mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kecupan di dahi Jennie.
Ketika Jisoo melepas kecupan lembutnya, tangan Jennie menahan kepalanya.
"Kapan? Kapan kita akan bersama lagi untuk waktu yang lebih lama?" Jennie menatap Jisoo penuh harap.
"Setelah ujian kelulusan." Jawab Jisoo dengan mantap.
"Memang ya... yang namanya ujian kelulusan itu, ujian yang paling mengganggu semua hubungan sepanjang zaman." Jennie sedikit mengomel.
"Jadi kau tidak sabar, eoh?"
Jisoo mencubit pelan perut Jennie.
"Tentu saja tidak! Tapi aku akan menunggumu sampai kapanpun." Ujar Jennie.
"Bagaimana kalau 100 tahun lagi?"
"1000 tahun juga tidak masalah, Jisooku."
"Yak!" Jisoo tertawa, ia memukul lengan Jennie.
"Sekarang mari kita tidur." Jennie memeluk Jisoo dan mendekapnya agar tertidur.
"Tidur saja? Tidak tidur-tiduran?" pancing Jisoo.
"Tidur-tiduran seperti apa ya maksudmu?" Jennie pura-pura tidak paham, lalu ia tersenyum nakal.
"Menyebalkan!" rutuk Jisoo.
"Tiduuuuur!" Jennie mencubit pipi Jisoo.
***
"Bodoh."
Ujar Lisa.
Dia datang tengah malam hanya untuk melihat Chaeyoung yang sudah tertidur pulas.
Setelah puas memandangi Chaeyoung cukup lama, Lisa pergi dari kamarnya.
Setelah mendengar suara pintu tertutup, Chaeyoung membuka matanya.
"Kau yang bodoh." ujarnya.
Air matanya turun. Dia sedih.
Chaeyoung mengusap air matanya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Tidak ada apa-apa.
Hanya ada buah-buahan dari Jennie di meja itu.
"Dasar pacar pelit!"
Teriaknya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/196186243-288-k829417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.