Bab 35 - Dark Knight
Ketika Dera membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di ruangan yang dingin, sementara di sekelilingnya, ada orang-orang yang tak dikenalinya, kecuali Fina, yang tampak lega saat melihat Dera bangun.
Fina membantu Dera duduk, mengambilkan segelas air untuknya sembari menjelaskan jika tadi Dera pingsan. Mendengar itu, Dera panik.
"Bu Fina ... nelpon Kak Raka?" tanya Dera cemas.
Fina tersenyum dan menggeleng. "Tadi karyawan yang bawa kamu ke sini bilang kalau kamu mungkin nggak mau bikin kakakmu khawatir," ucapnya.
Dera mengerutkan kening. Karyawan yang tadi membawanya kemari?
Sebelum Dera sempat bertanya lebih lanjut, salah seorang yang ada di sana, seorang pria paruh baya, bertanya apa Dera masih merasa pusing. Fina memperkenalkan pria itu sebagai dokter.
Dera menyebutkan jika dirinya sudah tidak lagi merasa pusing. Lalu, dokter itu menjelaskan jika Dera mengalami dehidrasi karena ruangan yang panas dan Dera sepertinya bekerja terlalu keras. Dokter itu meminta Dera untuk tidak masuk kerja selama beberapa waktu sampai kakinya pulih.
Dera tak berencana menuruti pesan dokter itu, tapi ia toh mengangguk juga. Dokter itu lalu pamit pergi dan setelahnya, Fina menawarkan untuk mengantarkan Dera pulang, yang langsung ditolak Dera.
"Rumah saya dekat kok, Bu," Dera beralasan.
Fina berkeras untuk mengantar, tapi Dera lebih keras kepala lagi. Akhirnya Fina mengalah. Ketika Dera bangkit dari sofa di ruang tunggu kantor pabrik itu, ia melihat sepotong kain kotak-kotak yang tampak tak asing di meja. Ia seperti pernah melihat motif itu, warna itu, entah di mana.
Fina menemani Dera keluar, dan tepat di luar ruang tunggu itu, Dera melihat sosok Dhika yang baru keluar dari pabrik membawa sesuatu, kain, dan melemparnya ke tempat sampah di luar pabrik. Bagian kain itu masih tersampir di tepi tempat sampah dan Dera menyadari itu motif yang sama dengan kain yang tadi ada di meja atas.
Dera menunduk, menatap lututnya yang sudah diperban. Sebelum perban itu ... apakah tadi ....
"Nadera?" Panggilan Fina itu membuyarkan pikiran Dera. "Kamu nggak pa-pa?"
Dera berdehem. "Nggak pa-pa, Bu. Saya pamit dulu, permisi," pamit Dera sebelum berjalan menjauh dari Fina.
Namun, tepat di luar gerbang, Dera melihat Prita berdiri di samping gerbang, tampak berbicara dengan Dhika. Ketika melihat Dera, Prita langsung menyerukan nama Dera.
Dhika berbalik dan menatap Dera sekilas, sebelum berjalan pergi dari sana. Dera menatap punggung pria itu, bertanya-tanya, apa tadi dia, karyawan yang dimaksud Fina, yang membawa Dera ke ruang tunggu dan mengatakan tentang kakaknya itu?
Kenapa ... harus pria itu?
"Kamu nggak pa-pa, Ra?" tanya Prita yang sudah berdiri di depannya.
Dera tersenyum, mengangguk. "Padahal rencananya aku mau jalan-jalan sama kamu hari ini," keluhnya.
Prita tersenyum. "Hari ini, aku sama Lyra mau nginap di rumahmu. Nanti kita nonton film bareng aja di rumahmu, gimana?" tawarnya.
Dera tersenyum lebar, mengangguk. Lalu, dengan dipegangi Prita, ia berjalan ke mobil Lyra yang tadi dibawa Ryan untuk menjemputnya bersama Prita. Sakit Dera seketika berkurang karena keberadaan Prita. Jika tidak ada Prita, dengan kakinya terluka seperti ini, Dera pasti akan merasa sangat nelangsa di rumahnya, sendirian.
Bahkan mungkin, ia akan menangis semalaman di rumahnya, sendirian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
General FictionTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...