Bab 65 - Step to The New World
"Kamu tuh ngapain sih, ngikutin aku?!" suara kesal Dera itu menahan langkah Lyra tepat di depan gerbang pabrik.
Ia memperhatikan Dera dan Dhika, tertarik dengan pertengkaran mereka, lagi. Padahal tadi pagi Dera dengan percaya dirinya berkata dia akan berkencan dengan Dhika. Kencan yang menarik.
Seperti biasa, Dhika tak menanggapi amarah Dera dan hanya mengikuti gadis itu, membuat Dera kembali membentaknya,
"Jangan ngikutin aku lagi!"
Dera mungkin lupa, mereka bekerja di tempat yang sama. Namun, begitu Dera melihat Lyra, gadis itu berlari menghampiri Lyra, lalu menarik Lyra masuk.
"Lama nggak berantem, kangen juga lihat kalian berantem gini," Lyra berkomentar, membuat Dera menyipitkan mata kesal.
"Tuh, kosong," Lyra mengalihkan pembicaraan seraya menunjuk mesin absensi yang sudah kosong.
Saat mereka memasuki pabrik, Dera langsung menyembur,
"Kamu tahu nggak, kenapa aku marah sama Dhika?"
Lyra paling benci jika Dera melemparkan pertanyaan seperti itu padanya. Ia bukan cenayang dan tidak bisa membaca pikiran orang.
"Kamu ingat pas aku kemarin tanya tentang gimana Dhika kalau ngerjain game-nya itu, kan? Trus, kamu nyuruh aku ngehubungin Thalia. Aku udah ngebuang pride-ku tahu, buat ngehubungin Thalia dan tanya-tanya tentang Dhika. Sekarang Thalia pasti mikir kalau perasaan Dhika ke aku tuh, biasa aja. Banyak hal yang aku nggak tahu tentang dia, dan banyak hal yang nggak dia kasih tahu ke aku," cerocos Dera.
Lyra hanya mendengarkan, tak berusaha menyela.
"Tapi, kamu tahu apa yang bikin aku kesal banget tadi?" tanya Dera lagi.
Ini adalah pertanyaan yang sebaiknya tidak dijawab jika Lyra tidak ingin dirinya ikut-ikutan kesal.
"Pas aku ngasih tahu Dhika tentang timnya, dia langsung marah-marah ke aku. Dia ..."
"Aku nggak marah ke kamu, Ra," Dhika protes dari belakang mereka.
Lyra memutar badan dan ia bisa melihat sorot lelah di mata pria itu. Lyra mengerti. Terkadang meyakinkan Dera bisa sangat melelahkan.
"Oke, kamu nggak marah. Aku yang marah," putus Dera, sebelum dia melangkah pergi, meninggalkan Dhika yang mendesah berat di tempatnya.
"Emangnya ada masalah apa sama timmu?" Lyra akhirnya bertanya juga pada Dhika.
"Aku nggak yakin aku bisa ngehadapin mereka sekarang," Dhika mengaku. "Rencananya, aku mau ngerjain proyek itu sendirian dulu. Tapi, Dera ... yah, dia nggak ngomong sama aku, dan ..."
"Kamu juga nggak pernah ngomong sama dia pas kamu mutusin sendiri semua hal yang berhubungan sama dia," sela Lyra. "Dulu kamu bahkan ngedorong dia dengan cara sekasar itu, buat bikin dia keluar dari sini. Kamu bahkan nggak ngejelasin ke dia, kalau itu caramu buat ngelindungin dia, yang pada akhirnya, kamu malah nyakitin dia."
"Aku tahu, aku salah," Dhika menerima dengan pasrah.
"Trus, kenapa kamu sekarang nyalahin Dera? Cuma karena dia berjuang dikit buat kamu? Ah, bukan dikit, sih. Dia bahkan sampai bela-belain tanya sendiri ke Thalia. Cewekmu itu, kalau kamu belum tahu, cemburu sama Thalia. Kamu tahu dia bilang apa ke aku habis kamu ajak dia ketemu Thalia?
"Dia bilang, Thalia itu cantik, pintar, gayanya berkelas, sempurna ... dan dia cocok sama kamu. Bahkan meski dia cemburu sama Thalia, tapi dia nggak nolak buat masuk ke timnya. Karena dia nggak mau ngecewain kamu. Padahal kamu juga tahu, kalau dia mau, dia bisa cari orang lain buat ngajarin dia. Kakak-kakaknya pasti bisa bantuin dia tanpa kesulitan. Mereka bahkan siap ngirim Dera ke luar negeri, atau ke sekolah terbaik buat belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
General FictionTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...