Bab 68 - Never Let Go
Langkah Dera terhenti di depan pintu dapur saat mendengar salah seorang rekan tim Dhika, Awan, berbicara, "Dhika masih belum mau ngelanjutin?"
Trian mendesah berat, mengangguk. Apa maksudnya itu?
"Mungkin dia masih capek sama kerjaannya di pabrik," ucap Luki.
Awan mendecak pelan. "Dan kenapa dia harus keras kepala banget buat bertahan di tempat itu?"
"Dera kan juga masih kerja di sana," Luki menyahut.
Selama beberapa saat, mereka bertiga tak berkata-kata, hingga akhirnya Trian kembali berkata, "Sambil nungguin Dhika, kita kerjain sebisa kita aja dulu."
"Tapi, kita tetap butuh Dhika, Yan," sebut Awan.
"Bukan berarti kita harus ikut berhenti karena dia berhenti juga, kan?" balas Trian. "Kasih Dhika waktu juga. Kita semua tahu betapa beratnya buat Dhika sampai dia kabur ke tempat ini, kerja di pabrik kayak gitu, habis Bima pergi. Dhika pasti punya alasan buat berhenti sementara."
Berhenti? Dhika berhenti apa? Berhenti mengerjakan proyek game-nya itu? Kenapa?
Urung masuk ke dapur, Dera berjalan mundur, hingga ia menabrak seseorang. Dera berputar cepat, mendesah lega ketika itu hanya Thalia.
"Mau ngobrol sebentar sama aku?" ajak Thalia seraya tersenyum.
Dera mengerutkan kening. "Ada yang mau kamu omongin?"
"Dhika," sebut Thalia. "Kamu nggak tahu kan, kalau dia sekarang lagi berhenti? Bahkan meski dia ada di ruang kerjanya, tapi dia nggak kerja."
"Kenapa ..."
"Kita ngobrol di luar aja, ya?" ajak Thalia.
Dera mengangguk, lalu mengikuti Thalia keluar rumah. Dera bahkan tidak bertanya ke mana Thalia akan membawanya ketika gadis itu meminta Dera naik ke mobilnya.
"Kalau Dhika tahu aku bawa kamu pergi tanpa bilang ke dia, dia pasti bakal ngamuk ke aku ntar. Tapi, kamu bisa bantuin aku tentang itu, kan?" pinta Thalia.
Dera tersenyum kecil, mengangguk.
"Sebelum kita ngomongin Dhika, aku mau tanya sesuatu sama kamu," ucap Thalia.
Dera mengerutkan kening. "Apa?"
"Kamu ... sebenarnya nggak perlu ngelanjutin kerja di pabrik, kan?" singgung Thalia.
Dera tak segera menjawab. Kenapa Thalia menanyakan itu?
"Well, tiga minggu lalu pas kamu pertama kerja di sini kan, kakak-kakakmu udah lihat sendiri, dan mereka kayaknya nggak nentang kerjaanmu ini. Dhika bilang, kamu harus genapin enam bulan di pabrik itu karena janjimu sama kakakmu. Biar mereka ngizinin kamu buat ngelakuin apa yang kamu pengen," urai Thalia.
Dera mengangguk. "Emang, sih," gumamnya. "Dan masih ada tiga minggu lagi yang harus aku selesaiin."
"Makanya," Thalia berkata, "tiga minggu itu bisa kamu skip aja, nggak?"
Dera menatap Thalia tak mengerti.
"Kakakmu toh kayaknya udah setuju sama kerjaanmu di sini, jadi nggak perlu kan, kamu balik ke pabrik lagi?" Thalia menoleh pada Dera saat mobilnya berhenti di lampu merah.
"Tapi, itu komitmenku sama kakakku," Dera berkata. "Jadi ..."
"Trus, Dhika?" sela Thalia.
Dera mengerutkan kening, semakin tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
General FictionTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...