Bab 71 - A Place to Go

1.5K 208 17
                                    

Bab 71 - A Place to Go

"Ra?" Panggilan pelan Dhika diikuti guncangan pelan di bahunya itu membuat Dera seketika mendongak dari piringnya.

"Iya? Kenapa? Apa?" burunya.

Dhika tersenyum kecil. "Kamu nggak pa-pa? Dari tadi kamu ngelamun terus. Dan itu makananmu sampai berantakan gitu." Dhika mengedik ke piring Dera.

Dera menunduk dan terkesiap melihat makanan di piringnya sudah berantakan, seperti yang dikatakan Dhika.

"Kamu pasti kaget pas dengar Lyra ngomong kayak tadi," celetuk Angga.

Dera berdehem. Sejujurnya, ya. Prita selalu mengatakan pada Dera jika Lyra adalah gadis yang baik. Selama ini juga Dera melihat sendiri, bagaimana Lyra selalu menjaga dan membantu Prita dan Dera. Namun, tadi ...

"Dia emang biasanya gitu," Raka angkat bicara. "Dulu pas dia masih di Amerika, kalau ada orang yang gangguin dia atau bikin dia kesal, orang itu pasti bakal celaka sama dia. Bahkan sejak dia masih SMA ..."

"Lyra nggak kayak gitu," tukas Dera. "Dia orang yang baik."

Raka mendesah berat. "Buat kamu, mungkin ya, dia baik. Tapi, buat orang-orang di dunia bisnis, Lyra terkenal sama sikap kejamnya itu. Karena itu kan, makanya orang-orang di perusahaannya takut kalau Lyra sampai masuk ke perusahaan dan duduk di kursi direktur."

"Lyra nggak bakal kayak gitu kalau mereka nggak gangguin Lyra," Dera membela Lyra.

Raka tersenyum geli. "Kamu takut sama dia, tapi masih ngebelain dia?"

Dera tak menjawab dan hendak menyuapkan potongan ayam ke mulutnya, tapi Dhika menahan tangannya. Pria itu lalu menukar piring Dera dengan piring miliknya.

"Ayamnya udah dingin, dan habis kamu acak-acak gini pasti rasanya juga makin parah," Dhika berkata. "Itu belum aku makan tadi, aku masih kenyang."

Dera tak dapat menahan senyum mendengarnya.

"Biar aku pesenin satu lagi,deh," Angga berbicara. "Jangan rebutan lagi."

Dera kontan menatap kakaknya itu dengan kesal.

"Dan ngapain tadi Kakak ngajak aku pergi?" tuntutnya.

"Kakak mau ngomong sesuatu sama Dhika," balas Angga enteng. "Tentang penawaran dari Jets dulu. Kamu udah mikirin itu kan, Giandhika?"

Dera menoleh pada Dhika yang tampak mengerutkan kening.

"Proyeknya mungkin bakal dimulai bulan depan. Jadi, bulan depan kamu harus pergi ke Spanyol kalau kamu setuju. Gimana?" tanya Angga lagi.

Dera menatap Dhika penasaran. Sekarang Dhika benar-benar sudah baik-baik saja setiap mengerjakan game-nya. Dan tawaran untuk pergi ke Spanyol itu, tentu langkah yang bagus untuk masa depan Dhika. Namun, jika Dhika pergi ke Spanyol nanti ... bagaimana dengan Dera?

Meski begitu, Dera menepikan perasaannya dan berkata, "Wah, keren, tuh. Berarti kamu bakal go international, dong."

Dhika menoleh pada Dera karena kata-katanya itu.

"Kamu nggak pa-pa kalau aku pergi?" tembak Dhika.

Diberi pertanyaan seperti itu dengan mendadak, Dera kaget juga. Ia mengalihkan tatap dari Dhika dan membalas, "Ya nggak pa-pa, lah. Toh ntar kamu bakal balik juga."

Dera tersentak kaget ketika Dhika memutar bahu Dera, menahannya hingga Dera harus menatap Dhika.

"Bahkan meski aku nggak ada di sampingmu, kamu nggak pa-pa?" tuntut pria itu.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang