Bab 50 - His Wound and Her Pain
"Lo bakal tinggal di mana?" Lyra nyaris saja menjatuhkan gelas di tangannya ketika mendengar kata-kata Erlan barusan.
"Di rumah ini," jawab Erlan enteng. "Habis ini kan, Ryan bakal balik ke Jakarta, jadi di rumah ini cuma bakal ada elo, Prita sama Damar. Makanya, gue di sini buat jagain kalian."
Lyra mendengus tak percaya. "Sebelum Prita datang ke sini gue juga sendirian di rumah ini dan gue baik-baik aja, jadi lo bisa cari tempat tinggal lain."
"Tapi, di sini ..."
"Dan Prita nanti bakal tinggal di rumah yang udah disiapin Om Haris. Begitu Prita setuju sama rumah itu, Om Haris bakal beli rumah itu, jadi lo juga bisa cari tempat tinggal lo sendiri. Gue nggak mau dituduh yang nggak-nggak karena tinggal sendiri di sini sama cowok yang bukan siapa-siapa gue," sinis Lyra.
"Aku nggak bakal pindah ke mana-mana." Suara Prita membuat Lyra menoleh ke pintu dapur dan melihat Prita yang memasuki dapur dengan Ryan.
Lyra mengangkat alis. Dulu, gadis itu berniat untuk pergi dari rumah ini, dan akhirnya terpaksa tinggal karena tahu tentang trauma Lyra, jadi apa sekarang?
"Aku ngekos di sini aja ya, Lyr? Aku ntar bayar sewa bulanannya, kok," ucap Prita.
Lyra melongo mendengarnya. Ia menatap Ryan, meminta penjelasan, tapi Ryan mengedikkan bahu. Menggelikan.
"Kalau kamu nggak mau, aku bisa cari kos dekat pabrik, sih," Prita berkata lagi.
Lyra mendesis kesal. "Om Haris kan, udah nyiapin rumah buat kamu."
Prita mengangguk. "Tapi, aku nanti mau pakai rumah itu begitu aku nikah sama Ryan. Lagian, kalau pindah ke sana harus beli furniture juga. Aku kan, nggak ada duit buat itu, Lyr."
"Semuanya bakal disiapin sama Om Haris, kali," gusar Lyra. "Jangan pamer gara-gara nggak ada duit."
Prita tersenyum geli. "Makanya, aku ngekos di rumahmu ini nggak apa, kan? Kalau nggak boleh, aku bisa cari kosan lain, sih."
"Kamu serius nanya gitu ke aku?" sengit Lyra. "Jelas-jelas aku nggak bakal ngizinin kamu ngekos lagi. Om Haris juga nggak bakal senang kalau kamu ngekos lagi. Ryan juga bakal khawatir kalau kamu milih ngekos lagi. Tinggal aja di sini, nggak usah pakai bayar."
"Kalau nggak boleh bayar, kayaknya aku kudu nyari kosan lainnya, deh," ucap Prita santai.
Lyra memejamkan mata, menahan teriakan frustrasinya. Kenapa Prita mendadak membuatnya kesal seperti ini juga? Tidak cukup hanya Erlan, tapi Prita juga ....
"Oke, kamu tinggal di sini, nggak perlu bayar, tapi sebagai gantinya, kamu harus nyiapin makanan buat aku," putus Lyra kemudian. Ia menatap Prita tajam, setengah mendesak gadis itu agar tak menolak. Syukurlah, Prita akhirnya mengangguk.
"Aku bakal masak dan bersih-bersih. Kamu nggak perlu nyewa pengurus rumah lagi. Bajumu juga jangan di-laundry lagi, biar aku cuciin," katanya santai.
Lyra bahkan tak bisa mendebat itu.
"Dan," Prita berkata lagi, "ini namanya aku nerima bantuan dari kamu. Aku nggak marah sama kamu, dan aku malah berterima kasih. Jadi, mulai sekarang kamu juga biasain kayak gitu, oke?"
Setelah mengatakan itu, Prita meninggalkan dapur dan pergi ke kamarnya, meninggalkan Lyra, Erlan dan Ryan di dapur.
"Nggak ada kamar lagi kalau dia tinggal di sini juga, Yan," Lyra berkata lebih dulu pada Ryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
Ficción GeneralTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...