Bab 69 - To Make You Look at Me

1.5K 207 32
                                    

Bab 69 - To Make You Look at Me

Lyra mengecek semua persiapan fashion show summer season untuk acara opening Fond Mode di The Key. Selama dua minggu terakhir, ia mempersiapkan acara ini. Jika acara ini berjalan lancar, maka minggu depan, begitu Dera juga keluar dari pabrik, Lyra akhirnya bisa meninggalkan pabrik dan kembali ke kantor pusat.

Setelah memastikan semuanya siap, barulah Lyra menemui Prita, Dera, dan yang lain yang juga datang pagi itu. Ryan bahkan juga datang dari Jakarta, meski tujuan utamanya hanya untuk pamer karena dia mendapat pekerjaan di kantor majalah bisnis.

"Padahal kalian nggak perlu datang juga," Lyra berkata saat ia duduk di sebelah Dera.

"Kita kan pengen ngedukung kamu," sahut Dera.

Lyra mendengus pelan. "Kamu nggak pa-pa ngekhianatin kakak-kakakmu gini?"

Dera mendesis kesal. "Aku tahu kalian saingan, tapi trus kenapa? Aku cuma mau ngedukung sahabatku. Dan aku nggak tertarik sama persaingan kalian itu, ya."

Lyra tersenyum geli, mengangguk-angguk. Sahabat. Ia mulai menyukai kata itu.

"Modelnya udah sampai sini belum?" tanya Erlan.

"Masih di jalan tadi. Pak Danu yang jemput modelnya sendiri katanya," jawab Lyra.

"Oh iya, berarti minggu depan, kamu juga bakal langsung ke Jakarta, Lyr?" tanya Prita.

Lyra mengedik. "Lihat keadaan. Tapi, aku pengennya sih bisa langsung ke Jakarta. Kenapa? Kamu mau ikut?"

Prita tersenyum, menggeleng. "Kalau aku ikut, ntar siapa yang jagain Dera?"

"Tuh, ada Dhika." Lyra mengedik ke arah Dhika. Pria itu bahkan tak sedikit pun tampak keberatan. "Dan lagi, Ryan kan udah dapat kerjaan di Jakarta. Ntar kalau dia harus ke Solo, dia harus pindah kerja juga dan ..."

"Nggak masalah, sih," Ryan menyelanya. "Gue ngelamar di sana dulu dengan pertimbangan mereka punya kantor cabang di Solo. Gue juga udah bilang kalau gue pengen ditempatin di Solo dalam beberapa bulan. Tergantung elo juga, sih."

Lyra mendengus. "Lo masuk ke sana nggak pakai bantuan bokap lo atau Arman?" selidiknya.

"Jangan ngeledek," tukas Ryan.

Lyra tersenyum sok manis. "Siapa tahu, kan?"

Ryan mendesis kesal, Lyra mendengus geli dan bangkit dari duduknya. "Aku ngecek modelnya dulu, ya?" pamitnya pada teman-temannya.

Dera dan Prita mengangguk. Lyra meninggalkan mereka dan Erlan mengikutinya. Acaranya akan dimulai tiga puluh menit lagi, dan mall itu sudah mulai padat pengunjung. Lyra meminta salah seorang anggota tim marketing yang juga bertanggung jawab untuk acara itu menghubungi ketua timnya, Danu.

"Nggak diangkat, Bu," anggota tim marketing itu berkata.

Lyra mendesah berat. Ia bahkan harus turun langsung ke tempat ini untuk mengatur dan memastikan acara ini berjalan lancar.

"Tadi Pak Danu berangkat jam berapa buat jemput modelnya?" Erlan mengecek dengan tim marketing.

"Udah hampir dua jam yang lalu, Pak," salah seorang dari mereka menjawab.

Mendadak, Lyra merasa ada yang salah. "Cari model lain," putusnya cepat.

"Lyr?" Erlan menatapnya ragu.

"Nggak ada waktu," tepis Lyra. "Kita harus nyiapin yang terburuk."

"Kita nggak lagi di kantor pusat. Kita nggak lagi di Jakarta, di mana kita punya model tetap. Kita ..."

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang