Bab 88 - I Love You, That's All

1.9K 216 43
                                    

Bab 88 - I Love You, That's All

Kemarin mereka berangkat ke Tawangmangu sore hari, dan mereka tiba di penginapan malam harinya. Semalam mereka hanya sempat makan malam, lalu tidur. Pagi itu, saat Lyra bangun, ia tidak melihat yang lain. Mungkin mereka masih tidur.

Lyra mengambil jaket dan meninggalkan penginapan. Ia penasaran, apakah tempat itu masih ada? Apakah batunya masih ada di sana?

Lyra menarik napas dalam, mengisi paru-parunya dengan udara segar. Langkahnya terasa semakin ringan saat ia semakin dekat. Sebenarnya, saat ia menawari Damar pergi liburan ke Tawangmangu kemarin juga karena ia merindukan tempat yang ditujunya ini.

Erlan bahkan mungkin sudah lupa dengan tempat ini. Dia toh sudah tidak lagi menyukai Lyra. Meski begitu, Erlan tetap ikut kemari karena Damar. Namun, itu tidak masalah. Dengan Erlan ikut liburan ini, Lyra bisa lebih sering melihat pria itu. Bahkan meski keberadaannya di sini bukan untuk Lyra.

Pasalnya, sejak Lyra diangkat menjadi Presdir Brawijaya, ada banyak hal yang harus ia urus, dan ia nyaris tidak pernah melihat Erlan. Bahkan ia sama sekali tidak melihat Erlan selama tiga hari terakhir, sampai mereka bertemu di bandara untuk berangkat ke Solo kemarin.

Sepanjang penerbangan dari Jakarta ke Solo, Lyra sudah khawatir Erlan akan mendengar degup jantungnya karena pria itu. Namun syukurlah, sepanjang penerbangan itu, Erlan tampak tak memedulikan Lyra dan asyik membaca majalah perusahaan Ryan.

Lyra mendesah berat, berusaha membebaskan sesak menyakitkan mengingat bagaimana Erlan mengabaikannya kemarin. Inikah yang dulu dirasakan Erlan ketika Lyra mengabaikannya? Bodohnya pria itu. Meski Lyra mengabaikannya, bagaimana bisa dia tetap berkeras mengejar Lyra?

Namun, sekarang Lyra bisa mengerti perasaan Erlan. Toh saat ini, meski Erlan mengabaikannya, itu tetap tak menghentikan perasaan Lyra untuk pria itu. Dengan bodohnya.

Pemikiran masokis Lyra itu terhenti ketika akhirnya ia bisa melihat sungai di depan sana, tapi ia melihat ada orang lain di sana. Seseorang berdiri di tepi sungai, sendirian. Lyra mengerutkan kening ketika dirinya semakin dekat ke sungai itu. Ia tak bisa memastikan apakah orang itu pria atau wanita karena orang itu mengenakan tudung jaket hoodie-nya.

Lyra menghentikan langkah ketika ia berada dua meter di belakang orang itu. Siapa orang itu?

Tiba-tiba, orang itu menoleh padanya dan Lyra terbelalak melihat Erlanlah orang itu. Erlan menarik turun tudung jaketnya dan tersenyum pada Lyra.

"Akhirnya ... lo datang ke gue?" ucap pria itu, membuat jantung Lyra kembali berdegup kacau.

"Ini ... maksudnya apa?" Lyra melangkah hingga ia berdiri di sebelah pria itu. "Lo ngapain di sini?"

Erlan mendengus pelan. "Nungguin elo," jawab pria itu enteng. "Dan akhirnya, lo benar-benar datang."

Lyra menatap Erlan bingung. "Kenapa lo nungguin gue?" sebutnya. "Lo ..." Lyra lalu teringat kata-kata Erlan dulu.

"Gue bakal tetap nungguin lo buat datang ke gue, Lyr."

Tidak. Tunggu. Erlan sudah menyerahkan perusahaan pada Lyra. Bukankah itu berarti, dia tidak lagi memiliki perasaan pada Lyra? Dia juga mengabaikan Lyra belakangan ini dan ...

"Gue kan udah janji, gue nggak bakal gangguin elo lagi," Erlan berkata, menarik Lyra keluar dari pikirannya.

Lyra mengerjap tak percaya. Jangan bilang, karena itu Erlan mengabaikan Lyra sejak Lyra pulang dari Kanada? Jangan bilang ...?

"Gue cuma nepatin janji gue, buat nggak ganggu lo. Dan nungguin elo, di sini," Erlan membenarkan dugaan Lyra. "Makasih, lo udah datang ke gue."

"Lo ngasih perusahaan ke gue," sebut Lyra. "Dulu, lo pernah nawarin gue perusahaan, dan bukan perasaan lo. Itu berarti sekarang, lo ..."

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang