Bab 24 - Smile Again
Saat Prita turun dari kamarnya, bersiap untuk pergi ke sekolah Damar esok paginya, ia terkejut melihat tidak hanya Ryan dan Damar yang ada di ruang tamu, tapi ada Lyra, Erlan, Dera, bahkan Dhika, yang juga tampak siap pergi.
"Ini ... kita ada acara ke mana, ya?" tanya Prita bingung.
Ryan tersenyum seraya menghampirinya. "Ke sekolahnya Damar. Ikut acara tujuh belasan di sekolahnya."
Prita mengerjapkan matanya yang mendadak memburam. Sampai ia mendengar Damar berbicara,
"Kak, ayo berangkat, ntar Damar keburu telat."
Prita menoleh pada adiknya itu. Damar melempar senyum padanya.
"Tahun ini, Damar pasti bisa menangin semua kompetisinya kalau mainnya sama Kak Ryan, Kak Erlan sama Kak Dhika. Nanti Kak Prita nonton aja, ya?" ucap adiknya itu.
Prita tertawa kecil. "Kak Prita larinya juga cepat, kok," Prita membela diri.
"Cepetan Kak Ryan," balas Damar.
"Kamu tuh ... pengkhianat," desis Prita, berpura-pura kesal.
Namun, Damar malah tergelak. "Ntar kalau Damar menang, minggu depan kita jalan-jalan ke Manahan, ya?" tuntutnya.
Prita mengernyit kecil, seketika pikirannya melayang pada Tasya, tapi ia kemudian tersenyum, mengangguk. Saat Damar berbalik, Prita menunduk, dengan cepat berusaha menghapus air mata di sudut matanya, tapi saat ia mendongak, dilihatnya Ryan sudah berdiri di depannya.
Ryan mengusap jejak air mata yang sempat jatuh ke pipinya, lalu tersenyum padanya, menenangkannya. Perlahan, Prita membalas senyum pria itu. Ketika Ryan mengulurkan tangan, Prita meraihnya, menggenggamnya, tahu hanya itu yang menjadi pegangannya di saat ia hampir terjatuh seperti ini. Karena saat ini, lebih dari kapan pun, ia tidak ingin jatuh. Tidak di depan adiknya, teman-temannya, dan orang-orang yang peduli padanya.
"Makasih," Prita berbisik pada Ryan saat mereka berjalan keluar dari rumah Lyra. Namun, ketika melihat Lyra yang menatap ke arah tangannya yang masih menggenggam tangan Ryan, Prita segera menarik tangannya.
Ryan mendengus geli. "Hari gini nggak ada yang gratis lho, Ta," celetuknya.
Prita mendengus mendengarnya. "Kayaknya aku bakal disuruh masak lagi, nih," ia pura-pura mengeluh.
Ryan tertawa pelan. "Boleh milih, sih. Mau makan malam di luar, tapi sama aku aja, atau masakin makan malam di rumah aja."
Prita mendesis pelan. "Curang," tuduhnya.
Ryan lagi-lagi tertawa, dan Prita tak urung tersenyum juga. Di depan sana, Damar yang memang paling bersemangat sudah berteriak memanggil Prita untuk berjalan lebih cepat. Prita belum sempat membalas ketika Ryan kembali meraih tangannya, lalu menautkan tangan mereka sebelum menarik Prita ke arah Damar.
Di belakangnya, Prita mendengar teriakan Lyra yang membuatnya tersenyum geli,
"Ryan, tangan lo!"
***
"Ini tadi sebenarnya siapa sih yang ngusulin jalan kaki ke sekolahnya Damar?" tanya Lyra galak ketika akhirnya mereka tiba di sekolah Damar setelah lima belas menit berjalan.
Erlan mengedik ke arah Ryan yang bersama Damar dan Prita, bergabung dengan teman-teman Damar dan wali murid lainnya. Tadinya Lyra ingin mengomel, tapi melihat bagaimana Ryan berinteraksi dengan wali murid lain dengan baik, seolah sudah terbiasa melakukan itu, bersama dengan Prita, Lyra urung meloloskan omelannya. Jika Lyra tidak tahu Ryan dan Prita, ia mungkin akan berpikir jika mereka adalah orang tua Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
Ficción GeneralTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...