Bab 52 - A Chance to Take

1.7K 210 24
                                    

Bab 52 - A Chance to Take

"Good morning," Erlan menyapa Lyra yang baru keluar dari pabrik. Kehadirannya di sana, lengkap dengan mobilnya, menarik perhatian karyawan lain. Semalam, ia meminta orang mengantarkan mobilnya kemari karena tahu Lyra tidak akan meminjamkan mobilnya untuk dipakai Erlan pergi bekerja. Apalagi, itu urusan perusahaan.

"Morning, Erlan," Dera yang baru muncul di belakang Lyra bersama Dhika, membalas sapaan Erlan.

Erlan tersenyum geli ketika Lyra mendesis kesal pada gadis itu.

"Cemburu, Lyr?" Erlan menggodanya.

Lyra mendengus kasar, sebelum berjalan melewati Erlan, tapi Erlan menahan lengannya.

"Temenin gue sarapan dulu, ya? Lo juga belum sarapan, kan?" pinta Erlan.

Lyra menepis tangannya.

"Kalian juga ikut," Erlan berkata pada Dera dan Dhika, dan seketika mendapat tatapan tajam Lyra.

"Emangnya mau sarapan di mana? Kenapa bawa mobil?" tanya Dera. "Dekat sini banyak warung makan yang enak. Jalan kaki juga dekat."

Erlan berdehem. "Kalian kan baru pulang kerja, siapa tahu kalian capek," ia beralasan. "Lagian, kita sarapannya nggak di dekat sini, kok."

"Trus, di mana? Di luar kota?" sengit Lyra.

Erlan meringis. Ia tahu ini tidak akan mudah, tapi bahkan sebelum Erlan memulai, Lyra sudah bersikap sesinis ini padanya. Yah, ini toh bukan yang pertama. Erlan toh datang ke sini sudah dengan ketetapan itu. Ia harus memanfaatkan keberadaannya di sini. Bahkan ribuan kali ia harus menahan diri untuk tidak menyusul Lyra ke sini karena harus bertahan di perusahaan. Kali ini, Erlan tidak akan menahan diri lagi.

"Di mana aja yang penting gue punya cukup banyak waktu sama lo," Erlan menjawab, membuat tatapan tajam Lyra mendarat padanya.

"Oke, aku ikut!" Dera berseru. "Buka pintunya," katanya seraya menyeret Dhika ke arah mobil Erlan.

Erlan membuka kunci mobilnya, dan ia melihat Dera dan Dhika duduk di kursi belakang.

"Lo mau di sini aja, atau bakal masuk. Kita nggak tahu apa yang bakal dilakuin Dhika di sana berdua aja sama Dera," Erlan berkata.

Lyra mendengus kasar, tapi dia mendorong Erlan minggir ketika lewat untuk masuk ke kursi depan. Erlan tersenyum puas melihatnya.

***

"Kita beneran mau sarapan di luar negeri, nih?" sinis Lyra saat mobil Erlan mengarah ke bandara.

Erlan tersenyum geli, menggeleng. "Sekalian mutar-mutar sambil lihat pemandangan sawahnya."

Lyra mendengus kasar mendengarnya. "Lo kayaknya nyantai banget ya, kerjanya, sampai bisa punya waktu buat dibuang kayak gini."

"Nggak ada waktu yang terbuang kalau lo ada di samping gue, Lyr," balas Erlan, membuat Dera menyorakinya dengan heboh.

"Sebenarnya, lo tuh maunya apa, sih?" tuntut Lyra. "Datang ke sini, ngurus Fond Mode di kota ini seolah lo nggak punya kerjaan lebih penting buat diurus, dan sekarang ini."

"Gue cuma pengen ngehabisin lebih banyak waktu sama lo," Erlan berkata. "Apa itu salah?"

"Salah besar," sahut Lyra kesal. "Gue nggak ngerti di mana lo ninggalin akal sehat lo, tapi mending lo cari itu dulu, deh."

Erlan tergelak di sebelahnya. "Gue udah bilang kan, kalau gue udah capek nungguin lo?"

Lyra menatap Erlan galak.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang