Bab 82 - Surprise
Begitu mereka kembali dari makan malam mereka, Lyra mendengar Erlan bersin saat keluar dari mobil. Sungguh, lebih dari apa pun, Lyra ingin terus mengabaikan Erlan. Namun toh, ia kemudian pergi ke kamar mandi, menyiapkan air hangat di bath tub, lalu mencari obat di kotak obat.
Sejak mereka tiba tadi, Erlan masih berbaring di atas karpet di ruang tengah. Namun, pria itu seketika melompat duduk ketika Lyra mengambil tempat di sebelahnya.
"Hai, Lyr," ucap pria itu tiba-tiba.
Lyra mengabaikan sapaan bodoh Erlan itu dan meletakkan obat serta segelas air di hadapan pria itu.
"Buruan berendam air hangat, tapi jangan lama-lama, habis itu minum obat ini, trus istirahat," Lyra berkata, sebelum ia berdiri lagi.
Namun kemudian, Lyra tak bisa pergi ketika Erlan menangkap lengannya, mencengkeramnya erat.
"Jangan kayak gini, Lyr," pria itu meminta.
Lyra menarik tangan Erlan yang menahan lengannya hingga dia melepaskan lengan Lyra.
"Gue nggak ngerti apa tujuan lo datang ke sini," Lyra berkata dingin, "tapi harusnya gue yang ngomong; jangan kayak gini, Lan. Ini nggak akan ngubah apa pun."
Lyra akhirnya beranjak meninggalkan pria itu, meski hatinya terasa sakit. Tidakkah Erlan muak dengan sikap Lyra ini? Tidakkah ini cukup untuk membuat pria itu pergi? Apa dia sadar, dia hanya membuat ini semakin berat bagi Lyra? Ini hanya ... semakin menyakiti Lyra.
***
Usai berendam sebentar dengan air hangat, Erlan kembali ke ruang tengah. Ia meminum obat yang dibawakan Lyra tadi, tapi ia tidak menghabiskan air di gelas itu. Memikirkan bahwa Lyra menyiapkan air hangat, bahkan obat untuknya, bibir Erlan refleks melengkung tersenyum.
Ia berbaring di atas karpet, berbantalkan lengannya sendiri, ia berbaring miring menatap gelas dan obat dari Lyra tadi. Gadis itu bersikap seolah tak peduli, tapi lihat ini. Erlan lagi-lagi tersenyum.
Namun, memikirkan Lyra, Erlan penasaran. Sejak kapan gadis itu menyukai Erlan? Seberapa besar perasaannya untuk Erlan? Meski Erlan berani bertaruh, perasaan Lyra pada Erlan tidak akan sampai nol koma nol nol satu persen dari perasaan Erlan untuk gadis itu. Ah, tidak, tidak. Mungkin nol koma nol nol nol sekian satu persen. Yang jelas, perasaan Lyra itu tidak ada apa-apanya dibandingkan perasaan Erlan pada Lyra.
Jadi, bagaimanapun gadis itu berusaha mengabaikan Erlan, bagaimanapun ia berusaha mengusir Erlan, Erlan tidak akan pergi. Sudah berapa lama ia menyimpan perasaannya ini untuk Lyra? Sejak mereka SMA. Bahkan ketika gadis itu begitu membenci Erlan, tak sedikit pun perasaan Erlan berubah. Bahkan setelah Erlan berusaha kabur ke Jerman, ia tetap kembali juga pada Lyra.
Ingatan Erlan kembali pada kejadian satu tahun lalu. Saat singkat ketika ia pikir, ketika ia berharap, Lyra akhirnya menerimanya. Di tepi sungai, di atas batu itu, saat Erlan menyatakan perasaannya, dan gadis itu bahkan tak mendorong Erlan menjauh. Bahkan hubungan mereka setelah itu juga membaik. Lyra tak lagi berusaha mengusir Erlan.
Sampai di hari pernikahan Ryan dan Prita itu. Saat itu ... yah, Erlan akui, mungkin ia terlalu mendesak Lyra. Ia hanya ingin mencium Lyra. Itu toh tidak akan membunuh Lyra. Namun, gadis itu lantas membangun dinding esnya lagi. Bahkan dengan lebih kuat.
Erlan bahkan curiga, jangan-jangan alasan Lyra memilih Kanada untuk proyeknya itu agar dia bisa sering pergi ke luar negeri dan jauh dari Erlan? Ah, tidak. Lyra selalu bersikap profesional jika sudah menyangkut tentang pekerjaan. Erlan benar-benar berharap terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
قصص عامةTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...