Bab 5 - Pria yang Dibenci

2.2K 257 6
                                    

Bab 5 - Pria yang Dibenci

Lyra melempar ponselnya yang berdering ke tempat tidur. Ketika dering itu tak juga berhenti, ia meraihnya kembali, lalu dengan kasar menarik keluar baterai ponselnya, sebelum melempar ponselnya ke tempat tidur. Ia lantas meraih laptop, membuka file presentasinya, kembali memutarnya, lagi dan lagi.

Tidak ada yang salah di sini. Di matanya, tidak ada yang salah di sini. Namun, tidak dengan orang-orang itu. Bahkan setelah Lyra melakukan apa yang diminta papanya, orang-orang itu masih menentangnya. Sampai kakaknya muncul, dan juga pria itu ikut angkat bicara. Ya, pria itu. Seorang pria, astaga! Haruskah seorang pria yang akan selalu didengarkan?

Sungguh, logika apa yang mereka gunakan, ketika pikiran yang disampaikan Lyra tidak bisa diterima, tapi ketika materi yang sama keluar dari mulut pria itu, mereka bahkan tak ragu untuk menyetujuinya? Semudah itu?

Ingin rasanya Lyra berteriak, meluapkan amarahnya pada ketidakadilan yang harus ia terima, hanya karena ia tidak terlahir sebagai seorang pria. Namun ia tahu, ia harus mengendalikan emosinya, atau mereka akan semakin menentangnya. Setidaknya tahun depan, Lyra harus kembali ke perusahaan. Jika sampai saat itu mereka masih menentangnya, Lyra tak tahu lagi apa yang akan ia lakukan.

Ia bahkan mau masuk ke pabrik itu hanya agar ia bisa masuk ke perusahaan ayahnya. Namun, jika pada akhirnya para dewan direksi tetap menentangnya, apa gunanya ia bekerja begitu keras di sana? Bukan hal mudah bertahan di tengah orang-orang menyebalkan dan tempat kerja yang sama sekali tidak ia inginkan.

Lyra bahkan nyaris yakin dirinya sudah gila ketika ia setuju untuk masuk ke pabrik itu. Tentu saja, jika bukan karena ambisinya untuk masuk ke perusahaan dan duduk di kursi direktur yang sudah diincarnya sejak ia kembali dari Amerika, ia tidak akan mau bertindak segila itu.

Karena syarat dari papanya hanya satu, pergi ke pabrik itu dan cari tahu tentang masalah para karyawan pabrik. Mempelajari manajemen perusahaan dari bawah. Seolah selama ini pendidikan, baik itu tentang manner maupun manajemen perusahaan yang ia dapatkan sejak ia kecil, belum cukup. Bahkan sebelum ia mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya di perusahaan, ia sudah diharuskan pergi dari perusahaan.

Lyra mendesah berat ketika akhirnya menutup laptop dan membaringkan tubuh di atas tempat tidur, menatap nyalang langit-langit kamarnya. Lama, ia hanya menatap lurus ke atas. Lalu, ia beranjak duduk lagi, melompat turun dari tempat tidur, menyambar jaket, lalu meninggalkan kamarnya.

Ia menarik napas dalam begitu akhirnya berada di teras rumahnya. Ia tinggal di rumah itu sejak ia mulai bekerja di pabrik plastik tempat kerjanya sekarang, tiga bulan lalu. Dan ia masih harus bertahan setidaknya sembilan bulan lagi.

Satu tahun, dua belas bulan tepat, adalah waktu yang diberikan ayahnya untuk menyelesaikan masalah karyawan pabriknya. Namun, karena semua orang sudah mengenalnya, Lyra harus pergi ke pabrik lain, itu pun di luar kota. Solo menjadi pilihannya, dengan rekomendasi dari kakaknya yang punya beberapa rekan bisnis, dan juga sahabat, di kota ini. Itu pun di perbatasan, pinggiran kota, yang masih penuh dengan pemandangan sawah, bahkan di depan komplek perumahan tempat Lyra tinggal ini.

Karena ia ada di sini, Ryan juga terpaksa berada di sini, meski Ryan sama sekali tidak keberatan. Justru, dia lebih suka tidak terlibat dengan perusahaan. Ryan sama sekali tidak memiliki ambisi di perusahaan, tidak seperti dirinya.

Lyra memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, sendirian menyusuri lengangnya jalanan malam itu. Ia mendongak, menatap langit malam yang ramai akan kerlipan bintang, diam-diam kagum. Bintang-bintang itu tampak ...

Pikiran Lyra terputus ketika ia menabrak sesuatu, lebih tepatnya, seseorang, dengan tinggi yang membuat Lyra harus mendongak untuk menatap wajahnya. Tidak. Bukan Lyra yang pendek. Namun orang ini, pria yang berdiri di depannya ini, memiliki tinggi yang agak sedikit keterlaluan.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang