Bab 39 - Orang-orang Bermuka Dua
Sore itu, sebelum Dera berangkat, ia mendengar suara bel rumahnya. Dera keluar dan melihat Lyra berdiri di depan gerbang rumahnya, dengan mobilnya di depan gerbang. Jangan bilang, Lyra akan berangkat ke pabrik dengan mobilnya.
Begitu melihat Dera, Lyra membuka gerbang yang memang tidak dikunci itu. Tangannya membawa kantong plastik dari toko buku yang didatangi Dera kemarin. Ketika Lyra memberikan plastik itu padanya, Dera sudah akan melemparnya ke tempat sampah, tapi tangannya terhenti di udara ketika ia teringat jurnal Tasya.
Ya, kemarin begitu ia pulang ke rumahnya, ia membaca jurnal Tasya, berusaha menguatkan tekadnya meski Raka sudah memutuskan jika Dera harus segera keluar dari pabrik itu. Bahkan ketika Dera meminta, memohon, kakaknya itu tetap bergeming.
Satu-satunya cara yang bisa Dera lakukan hanyalah melawan kakaknya dan bertahan. Ia toh sudah melawan kakaknya sejauh ini, bertahan selama ini. Ia baru saja menemukan kembali apa yang benar-benar ia ingin lakukan.
Dera masuk ke dalam rumah untuk memasukkan kantong plastik berisi buku sketsa, alat tulis dan beberapa komik itu, sebelum keluar lagi, dan bersama Lyra, ia naik ke mobil Lyra.
"Tapi, kamu ngapain ke pabrik naik mobil? Ntar kalau ada karyawan lain yang lihat gimana?" Dera tak bisa untuk tidak cemas tentang itu.
"Aku lagi malas jalan," Lyra berkata. "Lagian, ntar diparkir jauh dari pabrik, sih."
"Prita sama Ryan kenapa nggak bareng? Mereka kan juga shift sore bareng kita," kata Dera.
Lyra tak menjawab. Namun, ketika kemudian dia memarkirkan mobil di tempat parkir tepat di depan pabrik, Dera panik juga.
"Lyr, kamu kenapa parkir di sini?" panik Dera. "Banyak karyawan yang ngelihatin kita, tuh."
"Buruan turun," jawab Lyra tanpa menatap Dera, sebelum dia turun. Dera pun tak punya pilihan lain selain menuruti Lyra.
Berbeda dengan Lyra yang tampak biasa-biasa saja, Dera tak bisa menyembunyikan paniknya saat karyawan-karyawan lain yang baru datang memperhatikan dirinya dan Lyra.
Saking paniknya, Dera sampai mematung di tempat alih-alih mengikuti Lyra yang sudah masuk ke dalam pabrik. Ia baru bisa bernapas lega ketika Prita dan Ryan muncul.
"Kamu ngapain di sini sendirian, Ra?" tanya Prita.
Dera menggeleng.
"Lyra mana?" tanya Prita lagi.
Dera menunjuk ke dalam pabrik.
"Lyra ... bawa mobilnya ke sini?" Ryan terdengar kaget.
Dera menoleh padanya. "Kamu ... nggak tahu kalau Lyra bawa mobil?"
"Aku tahu, tapi katanya mau diparkir di rumahmu," jawab Ryan. "Tapi, ngapain dia bawa mobil sampai ke sini? Apa dia udah gila?"
Dera mencelos. Ia juga tak tahu kenapa Lyra membawa mobil sampai ke sini. Tadinya Lyra bilang akan memarkirnya jauh dari pabrik. Namun, ini ....
"Masuk dulu, deh. Keburu bel," kata Ryan lagi.
Dera mengangguk. Ia menggenggam erat tangan Prita saat berjalan masuk pabrik, masih diikuti tatapan karyawan-karyawan lain.
Ketika Dera lewat di koridor, ia melihat Lyra duduk di sisi koridor, dengan dikerumuni beberapa karyawan. Bahkan ada Epik juga di sana.
"Itu tadi mobilmu, Lyr?" Epik bertanya penasaran.
"Bukan," Lyra menjawab. Gadis itu lalu menoleh ke arah Dera, menatap tepat ke matanya, lalu menunjuk Dera. "Mobilnya Dera."
Rasanya seperti ada belati yang ditusukkan tepat ke dadanya ketika mendengar kata-kata Lyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
General FictionTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...