Bab 47 - Let Me Stay
Hari itu hari pertama Dera masuk shift pagi dalam minggu itu. Meski ia hanya tidur selama lima jam semalam karena mengobrol dengan Dhika lewat chat, tapi ia tak sedikit pun mengantuk. Malah, ia bersemangat sekali untuk berangkat kerja hari itu. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Dhika dan ....
"Nadera!" Seruan keras diikuti kehadiran seseorang di depan Dera begitu ia keluar dari gerbang itu, membuat Dera menjerit kaget dan langsung jatuh terduduk di tempatnya, sementara sandwich di tangannya jatuh ke tanah, berceceran.
"Ya ampun, Ra, sori." Sesal dalam suara itu membuat Dera mendongak dan menatap Dhika dengan kesal.
"Kamu, tuh!" bentak Dera. Tatapannya lalu jatuh ke sandwich yang sudah dibuatkannya untuk Dhika karena pagi itu dia akan menjemput Dera ke rumahnya. Sandwich itu jatuh ke tanah, membuat usaha Dera pagi itu sia-sia.
"Sori, Ra, sori," ucap Dhika seraya berjongkok di depan Dera dan memegangi Dera untuk membantunya berdiri, tapi Dera menepis tangannya dengan kasar.
"Kamu kan tahu, aku tuh gampang kaget," kesal Dera. Ah, ia ingin menangis melihat sandwich yang rusak di depannya itu. "Dan sandwich yang aku bikin buat kamu jatuh, kan!"
Dhika akhirnya menatap ke arah sandwich yang sudah berceceran di tanah itu.
"Aku ... ah, Ra, beneran sori, deh. Aku tadi cuma bercanda dan ..."
"Tahu, ah!" seru Dera kesal. Ia berdiri dan meninggalkan Dhika begitu saja. Suasana hatinya seketika berubah seratus delapan puluh derajat karena pria itu.
Di depan gerbang pabrik, Dera melihat Lyra dan segera memanggil gadis itu.
"Dhika mana?" tanya Lyra seraya melongok ke belakang Dera.
"Nggak tahu! Jangan nyebut nama dia lagi," sembur Dera.
"Kamu berantem lagi sama dia?" Lyra terdengar takjub.
Dera tak menjawab dan menyeret Lyra masuk ke pabrik. Setelah menunjukkan kehadiran di mesin absensi, mereka masuk ke gedung pabrik dan duduk di sisi koridor sembari menunggu bel pergantian shift.
"Pagi-pagi udah cemberut gitu, Ra," kata Nuri ketika datang dan duduk di sebelah Dera.
"Berantem sama Dhika," Lyra menjelaskan.
"Lagi?" tanya Nuri geli.
Apa Dera sesering itu bertengkar dengan Dhika?
"Kemarin kalian berantem gara-gara Dhika lembur dan nggak mau diajak makan pas istirahat," sebut Nuri.
"Itu kan, dia yang salah. Udah lembur, tapi nggak mau makan. Nyari penyakit, emang," desis Dera kesal.
"Trus, ini tadi dia ngapain lagi?" tanya Nuri penasaran.
"Dia tuh ya, udah tahu aku gampang kaget, dia malah ngagetin aku di depan rumahku, sampai sandwich yang udah aku siapin buat dia jatuh. Nyebelin emang tuh anak!" cerita Dera berapi-api.
Lyra sudah tergelak, tapi segera menghentikan tawanya saat Dera menatapnya tajam. Gadis itu berdehem.
"Iya sih, Dhika yang salah," Lyra berkata.
Dera mengangguk. Lalu, ia mendengar suara denting dari ponselnya tanda pesan masuk. Begitu Dera membuka pesan itu dan melihat gambar bunga mawar putih asli di sana, diikuti pesan dari Dhika,
Maaf. Aku yang salah.
Dera menggigit bibir, berusaha menahan senyum, tapi gagal.
"Apaan, Ra?" tanya Lyra yang sudah melongok, dan Dera memamerkan gambar mawar putih dari Dhika itu dengan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
General FictionTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...