Bab 63 - I Love You, That's True

1.5K 198 17
                                    

Bab 63 - I Love You, That's True

"Damar mana?" Lyra bertanya pada Prita saat mereka memasuki suite room hotel itu.

"Udah pulang duluan tadi. Sama nyokap gue. Udah malam juga soalnya," Ryan yang menjawab.

"Tapi, bokap gue tuh keterlaluan banget, deh. Masa dari tadi sibuk ngenalin Damar ke direktur lain," gerutu Lyra.

"Jangan bilang, lo iri sama anak SD," kata Ryan geli.

Lyra mendesis kesal.

"Lagian belum tentu juga Damar mau masuk ke perusahaan," Erlan angkat bicara. "Dia masih kecil kali, Lyr. Masih ada banyak waktu buat dia milih. Lagian, nggak mungkin kan, bokap lo bakal maksa dia masuk ke perusahaan. Jadi lo juga, jangan coba-coba mikir buat maksa dia masuk ke perusahaan dan bantuin lo."

Lyra mendecak pelan. "Betapa menakjubkannya kalau gue punya staf elit kayak Damar."

"Tapi, dia masih kecil sekarang. Lo masih harus nunggu seenggaknya sepuluh tahun lagi, tuh," cetus Erlan.

"Dia bisa masuk kelas akselerasi kalau dia mau," Lyra membalas.

"Gue nggak bakal ngebiarin lo maksa dia tentang pendidikannya, Lyr," ucap Ryan tajam.

Lyra mendesah berat, lalu menatap Prita dan berkata, "Aku nggak bakal maksa Damar. Tapi menurutku, Damar berhak buat dapat yang terbaik. Ya kan, Ta?"

Prita tersenyum kecil. "Selama ini aku ngebebasin Damar buat milih apa yang dia pengen, Lyr."

Lyra mengangguk. "Nanti aku juga bakal ngasih dia pilihan, kok. Dia kan pintar banget, tuh. Nanti begitu dia lulus SMA, dia bisa kuliah di kampus bergengsi di luar negeri juga, Ta. Dia nggak bakal kesulitan, ntar."

Di luar negeri? Prita bahkan tak pernah berpikir tentang itu sebelumnya.

"Kenapa? Kamu nggak suka kalau dia kuliah di luar negeri?" tanya Lyra penasaran.

Prita meringis. "Nggak kebayang aja. Aku ... kehidupanku kan jauh berbeda sama kalian."

Lyra mengerutkan kening. "Apa hubungannya itu sama kuliahnya Damar di luar negeri?"

Prita mengedik kecil. "Aku sama adik-adikku aja jarang banget liburan ke luar kota. Jadi, aku sekali pun nggak pernah kepikiran buat pergi ke luar negeri. Apalagi nyekolahin Damar sampai luar negeri. Aku sih udah senang banget kalau nanti Damar bisa sekolah setinggi-tingginya."

"Ta, Damar itu pintar. Dia bisa dapat beasiswa buat sekolah ke luar negeri juga kalau dia mau," Lyra berkata.

"Tapi, semua itu kan butuh biaya juga, Lyr," balas Prita. "Mungkin kamu lupa, tapi aku nggak kayak kamu. Aku harus kerja keras juga buat dapat uang. Dan ..."

"Tapi sekarang ada Ryan, Ta," Lyra menyela. "Kamu tuh mau sampai kapan berkeras buat nanggung hidupmu sendiri kayak gini?"

Kalimat Lyra itu menohok Prita. Bukan begitu, Prita hanya ... ia tidak ingin meminta apa pun dari Ryan. Ia tahu keluarga Ryan, ia tahu mereka memiliki segalanya, tapi Prita tidak ingin bergantung juga pada itu. Bagaimanapun ...

"Ta, aku sama Ryan ngelakuin ini bukan karena kita kasihan atau apa, tapi kamu sama Damar, tuh ..."

"Kalau gitu jangan," Prita menyela. "Jangan ngelakuin apa pun."

Lyra melirik Ryan, dan Prita bahkan tak berani menatap Ryan saat ini. Faktanya, selama beberapa waktu jauh dari Ryan, Prita sudah berpikir keras tentang ini. Ia sudah memutuskan untuk menerima rumah dari orang tua Ryan itu, tapi ia tidak bisa menerima lebih lagi. Ia tidak mau. Ia ada di sini karena mencintai Ryan, bukan untuk meminta belas kasihan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang