Bab 29 - Behind You, As Always

1.7K 220 7
                                    

Bab 29 - Behind You, As Always

Ketika Ryan, Prita dan Damar bergabung akhirnya, Ryan dan Prita memperhatikan perubahan suasana hati Dera yang tentu saja, berbalik seratus delapan puluh derajat dari semalam. Bahkan Erlan sampai harus mengajak Damar menjauh dari Dera, khawatir gadis itu akan tiba-tiba menyumpahi Dhika sekasar tadi.

"Dhika mana?" Ryan melemparkan pertanyaan yang salah, yang seketika memacu umpatan kesal Dera.

"Tolong jangan nyebut nama dia lagi. Aku mendadak alergi, nih. Bikin emosi aja," Dera berkata, membuat Ryan dan Prita bertukar pandang bingung, sebelum menatap Lyra, meminta jawaban.

Lyra mengedikkan bahu ringan. Kecuali ia ingin mendapat amukan Dera juga jika nekat menyebutkan kembali kejadian tadi di depan gadis itu. Harga diri Lyra tidak akan membiarkannya tinggal diam jika sampai itu terjadi. Ia tidak tahu makian apa yang akan diberikan Dera padanya, mengingat Dhika saja mendapat beberapa sebutan menarik seperti, cowok brengsek menyebalkan, cowok es tidak punya sopan santun, cowok kutub yang akan mati hipotermia, dan lain-lain. Lucu, memang, tapi tidak akan lucu jika Dera melemparkan makian menyebalkan seperti itu padanya juga.

Maka, begitu Dera akhirnya menjauh untuk mengambil gambar air terjun, barulah Lyra menceritakan singkat kejadian tadi pada Ryan dan Prita. Sepertinya, Ryan tahu sesuatu tentang tingkah aneh Dhika itu, karena kemudian ia tampak cemas. Omong-omong, dia juga yang mengundang Dhika untuk ikut dalam acara liburan ini.

"Jadi?" tuntut Lyra.

Ryan meringis. "Gue nggak bisa cerita ini ke elo, Lyr."

"Trus, lo mau jelasin sendiri ke Dera?" tantang Lyra.

Ekspresi Ryan mengatakan bahwa itu juga akan lebih sulit lagi.

"Jangan sampai Dera tahu, ya? Itu ... yang Dhika minta," Ryan meminta.

Lyra mengangkat alis. Sejak kapan Dhika begitu mengkhawatirkan Dera? Bahkan sebelum Lyra atau Ryan memintanya menjaga Dera? Wow.

***

Dera tampaknya masih marah pada Dhika ketika mereka tiba di kebun stroberi. Meski begitu, itu tak mencegah Dhika untuk tidak menjaga Dera di belakangnya. Tak terhitung sudah berapa kali Dera tersandung, dan Dhika memeganginya, tapi selalu berakhir dengan Dera membentak pria itu untuk jauh-jauh darinya.

Prita sampai tak tega melihat Dhika terus dibentak oleh Dera, tapi pria itu tampaknya bahkan tak sedikit pun terganggu karenanya. Ketika keranjang Dera sudah penuh stroberi, Dhika membawakan keranjang gadis itu, dengan paksa, membuat Dera kembali memakinya di belakangnya. Bahkan Lyra yang paling anti menerima bantuan pun, tak keberatan ketika Erlan membawakan keranjangnya. Alasannya, ia tidak memetik banyak stroberi, jadi dia menitipkannya di keranjang Erlan.

Sementara tak jauh darinya, Prita mendengar beberapa kali Ryan menghela napas berat. Apa pun masalah Dhika itu, Ryan tahu, dan dia masih bingung untuk menceritakannya pada Lyra atau tidak. Ketika Ryan yang tampaknya berjalan sambil melamun sampai menabrak Prita yang berhenti di depannya, Prita tersenyum geli, sementara pria itu meringis meminta maaf.

"Kalau menurutmu itu bisa ngebantu Dera sama Dhika, kenapa nggak? Dera mungkin perlu tahu, apa pun itu, alasan Dhika marah-marah ke dia tadi. Mereka kan, udah dekat. Masa kamu tega ngelihat mereka ngejauh lagi? Mulai besok kita cuma bisa bergantung sama Dhika sama Lyra lho, buat jagain Dera di tempat kerja," Prita berkata.

Ryan mendesah berat. "Aku tahu. Tapi, ntar bisa-bisa Dhika yang ngamuk ke aku, Ta."

Prita tersenyum. "Kamu kan, cuma pengen bantu dia. Ntar juga dia ngerti. Lagian, kamu nggak kasihan dari tadi Dera kasar banget ke Dhika kayak gitu?"

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang