Bab 38 - Two Sides

1.5K 207 13
                                    

Bab 38 - Two Sides

Saat Ryan pulang sore itu, ia terkejut melihat Dera masih ada di rumah Lyra, dan gadis itu menangis di pelukan Prita. Sebelum ia sempat bertanya, Lyra sudah menghampiri Ryan dan menjelaskan singkat,

"Dera berantem sama Dhika."

Ryan mengangkat alis. Sampai separah ini?

Ketika Lyra berjalan keluar rumah dan duduk di kursi teras, Ryan mengikutinya dan duduk di sebelahnya.

"Tadi pas kita main ke The Key, kakaknya Dera ada di sana dan dia lihat Dera sama Dhika," Lyra memulai. "Dhika ngekhianatin Dera di depan muka Dera. Dia bilang kalau Dera tuh ngerepotin di pabrik, dia terluka selama kerja di sana, dan sebagainya. Gue nggak nyalahin Dera kalau dia sampai nampar Dhika."

Ryan melongo. Dera menampar Dhika? Yah ... oke, Dhika memang bersalah, tapi ...

"Baru gue tinggal bentar mereka berdua, dan pas gue balik mereka udah berantem kayak gitu. Tapi masalahnya bukan Dera, melainkan Dhika. Lo juga tahu kan, dia lagi mati-matian ngedorong Dera ngejauh. Dugaan gue sih, perasaan dia ke Dera makin dalam, dan dia ngelihat perhatian Dera ke dia, makanya dia sampai ngelakuin tadi," urai Lyra. "Oh, satu lagi."

Ryan mengangkat alis.

"Dhika udah tahu apa yang pengen Dera lakuin, jadi dia pikir ini waktunya Dera pergi," sambung Lyra.

"Dan apa yang Dera pengen lakuin habis ini?" Ryan tak dapat menahan rasa penasarannya.

"Antara ngegambar atau ngelukis," sahut Lyra diikuti kedikan bahu. "Dhika tadi ngasihin plastik yang isinya buku sketsa gitu, sama komik, trus alat tulis juga dan bilang kalau itu yang Dera pengen. Habis itu dia pergi. Cowok kurang ajar itu. Padahal gue udah berbaik hati ngasih kesempatan buat dia ikut dengan alasan nyetir meski lo tahu sendiri betapa malasnya gue disetirin orang lain kalau nggak terpaksa banget, kan?"

Ryan tersenyum geli mendengar keluhan Lyra. Dalam hati ia bersyukur, karena ia mulai melihat perubahan yang lain lagi dari Lyra. Pengorbanan yang tulus untuk orang lain. Bahkan meski Lyra tak sadar apa yang telah ia lakukan itu.

"Lo sendiri gimana tadi? Ketemu sama Arman?" tanya Lyra.

Ryan tersenyum kecil, mengangguk.

Lyra mendengus pelan. "Padahal sebelum ini, lo ogah-ogah banget ketemu Arman. Tapi, demi Prita ... lo ngebuang harga diri lo dan datang ke dia."

Ryan berusaha cuek menanggapinya.

"Kak Evelyn apa kabar?" tanya Lyra kemudian.

"Baik-baik aja," jawab Ryan pendek.

"Apa gue perlu ngehajar Arman?" Lyra menawarkan hal yang tidak perlu.

Ryan berdehem. Faktanya, kakaknya memang tampak bahagia bersama kakak Lyra. Bahkan meski mereka menikah karena perjodohan, tapi Arman sepertinya ...

"Arman tuh udah dari lama kali suka sama Kak Evelyn. Pas dia ngejemput gue di rumah lo dan lihat Kak Evelyn buat pertama kalinya, dia tanya mulu ke gue tentang Kak Evelyn. Dan lo sama sekali nggak tahu kan, situasi di perusahaan lo itu kayak gimana? Waktu itu bokap lo dikhianati dan lo tahu? Waktu itu, orang yang ngekhianatin bokap lo itu minta Kak Evelyn buat jadi istri keduanya.

"Makanya, waktu Arman tahu tentang itu, dia langsung ngomong ke bokap gue dan Om Haris tentang M & A itu. Dengan gitu, nggak bakal ada lagi yang berani macam-macam sama perusahaan lo. Waktu itu juga lo masih kuliah. Lo belum bisa bantuin bokap lo dan bokap lo juga nggak mau kuliah lo terganggu. Makanya bokap lo setuju aja, apalagi bokap lo juga kenal Arman. Lebih mending Arman kan, daripada tua bangka hidung belang yang ngekhianatin bokap lo itu?

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang