Bab 42 - Kebenaran Tersembunyi

1.7K 221 21
                                    

Bab 42 - Kebenaran Tersembunyi

Lyra belum tidur ketika Ryan dan Prita pulang, tapi ketika melihat Erlan juga ada bersama mereka, ia tak bisa menahan keterkejutannya.

"Ngapain dia di sini?" Lyra menatap Erlan tak suka.

"Kangen elo, apa lagi?" balas Erlan santai, membuat Lyra melotot. Belakangan pria itu menjadi semakin menyebalkan. Dia selalu mengatakan hal-hal yang ... gila, seperti tadi. Erlan tidak seperti ini sebelumnya, sungguh.

"Hari ini Erlan nginap di sini," Ryan mengumumkan.

"Kenapa? Semua hotel di Solo penuh?" sindir Lyra.

"Dibilang kangen elo," ulang Erlan seraya mengambil tempat di sebelah Lyra. "Dan lo hampir aja terpaksa nge-date sama gue."

Lyra menyipitkan mata tajam.

"Gue tahu rahasia penting lo. Tadinya gue mau makai itu buat ngancam lo buat nge-date sama gue. Lo kan paling suka tuh, acara ngancam gitu," kata Erlan. "Tapi, gue nggak tega Ryan nuduh lo yang nggak-nggak dan gue ngorbanin perasaan gue demi elo."

"Lo mabuk atau apa, Lan?" Lyra tak dapat menahan tuduhan.

Erlan menyeringai, tak mengatakan apa pun. Namun kemudan, Ryan berbicara,

"Kenapa lo sama sekali nggak ngomong ke gue?"

Lyra menatap Ryan dengan kening berkerut. Apa yang sedang dia bicarakan?

"Tentang lo sama Key Group, kenapa lo sama sekali nggak ngelak dari tuduhan gue dan malah ngomong kalau lo emang manfaatin Dera? Lo juga ..." Ryan tak melanjutkan kata-katanya, dan hanya mendesah berat.

Lyra kembali menatap Erlan. "Lo nyelidikin gue?" tuduhnya.

"Gue ketemu sama kakaknya Dera," jawab Erlan santai. "Dan gue kaget lo diam aja dituduh Ryan kayak gitu, demi Dera."

Mata Lyra menyipit tajam.

"Lo bahkan mau ngerusak jalan lo sendiri ke perusahaan. Nyabotase Fond Mode?" dengus Erlan. "Sori Lyr, gue nggak bisa ngebiarin itu terjadi."

"Kenapa? Kalau lo udah tahu rencana gue, lo bisa ngebocorin tentang itu ke dewan direksi dan lo bisa ngejatuhin gue," sinis Lyra.

"Kalau gue sebutin alasannya sekarang, lo yakin lo bakal bisa nerima itu?" tantang Erlan.

Lyra mengerutkan kening. "Lo berencana makai itu buat ngancam gue?" sinisnya.

Erlan mendecak pelan. "Kayaknya di kamus lo tuh, nggak ada satu pun hal baik tentang gue, ya?"

"Masih nanya?" balas Lyra enteng.

Erlan mendesah berat. "Pastiin aja lo nggak bikin kacau jalan lo sendiri ke perusahaan," katanya seraya bersandar sepenuhnya di sofa dan memejamkan matanya.

Lyra sudah akan mengusir pria itu, menolak membiarkannya menginap di sini, ketika Ryan kembali berkata,

"Kenapa lo ngelakuin itu ke Dera sama Dhika, Lyr?"

Lyra mendesah berat. "Gue cuma mau nunjukin ke mereka, betapa bodohnya mereka."

Ryan mengerutkan kening tak mengerti.

Lyra mendesah berat. "Gue mau nunjukin ke Dhika, apa yang udah dia lakuin ke Dera. Apa yang gue lakuin ke Dera itu, sama kayak apa yang Dhika lakuin ke Dera. Jadi kalau dia marah ngelihat itu, harusnya dia tahu gimana perasaan Dera, juga perasaan kita yang tahu apa yang dia lakuin ke Dera itu, kan?

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang