Bab 26 - Sudden Proposal

1.8K 217 53
                                    

Bab 26 - Sudden Proposal

"Kamu nggak mau cerita apa, gitu? Kayak Lyra sama Dera tadi," singgung Prita ketika ia hanya berdua dengan Ryan di ruang tamu rumah Lyra malam itu.

Ryan meringis. "Kamu yakin mau dengar?"

Prita tersenyum. "Nggak maksa, sih. Tapi ..."

"Hubunganku nggak terlalu baik sama ayahku," cetus Ryan, menyela kalimat Prita.

"Eh? Masalah keluarga?" Prita tampak panik. "Kalau nggak mau cerita, nggak pa-pa, kok. Itu kan hak kamu."

Ryan menoleh, tersenyum padanya. "Udah telat," katanya.

Prita tersenyum meminta maaf.

"Aku punya kakak cewek, dan ... dia dijodohin sama kakaknya Lyra demi perusahaan. Dulu, kakakku sampai pengen kabur. Tapi toh, akhirnya kakakku nurutin maunya ayahku juga. Demi keluarga, demi perusahaan, demi aku. Jadi, seminggu setelah pernikahan kakakku, aku kabur dari rumah. Waktu itu Lyra udah balik ke Amerika, dan Erlan masih di Jerman.

"Tapi, begitu Lyra balik, dia langsung nyari aku, dan nemuin aku. Dia ngebujuk aku buat balik, dia bilang kakakku sekarang udah baik-baik aja sama kakaknya. Dia bahkan janji, dia bakal ngejamin kebahagiaan kakakku, dan bakal ngehajar kakaknya sendiri kalau sampai kakakku kenapa-napa." Ryan tersenyum sendu.

"Tapi, aku udah muak masuk ke perusahaan, aku nggak mau lagi ketemu ayahku, karena aku pasti keingat gimana dulu kakakku harus berkorban buat perusahaan, buat aku juga, dan aku nggak bisa ngelakuin apa pun," urainya sedih. "Makanya, Lyra bawa aku ke sini, sama dia. Karena ada Lyra juga, makanya ayahku ngizinin aku di sini alih-alih di perusahaan."

"Tapi, sekarang kakakmu udah baik-baik aja, kan? Kamu juga, harusnya mulai baikan sama ayahmu. Kamu nggak tahu berapa banyak waktu yang kamu punya sama ayahmu. Karena itu ... jangan sampai kamu nyesal. Karena, biar gimanapun juga, nggak ada ayah yang nggak peduli sama anaknya. Dan ayahmu mungkin emang ngelakuin itu demi kamu sama kakakmu juga," Prita berkata.

Ryan menggeleng. "Ayahku bukan orang kayak gitu, Ta. Buat Ayah, perusahaan itu yang terpenting."

"Trus, kenapa ayahmu ngebiarin kamu di sini dan bukannya maksa kamu ke perusahaan keluargamu? Bukannya itu karena ayahmu tahu kalau kamu masih terluka, dan ayahmu bahkan nggak maksa kamu, kan?" sebut Prita.

Ryan mengernyit. "Aku nggak ..."

"Jangan sampai kamu nyesal pas semuanya terlambat, Ryan," Prita memotong. "Apa pun masalahmu sama ayahmu, ngehindarin ayahmu bukan pilihan yang benar. Apa kamu tahu, apa aja yang mungkin ayahmu lakuin di belakangmu buat kamu?"

Ryan bergerak tak nyaman. "Udah aku bilang, ayahku bukan orang kayak gitu," ia berkeras.

Prita mengangguk, mengalah. Toh Ryan nanti juga akan tahu sendiri. Atau setidaknya, tampaknya ia akan ingin tahu.

"Jadi karena itu, kamu selalu nurutin apa pun kata-katanya Lyra, betapa pun gilanya itu?" Prita menyinggung tentang Ryan yang mendekati Prita.

Ryan meringis. "Awalnya emang karena Lyra, tapi ..." Ryan menarik napas dalam. "Ta," Ryan tiba-tiba tampak serius.

Prita mengerutkan kening bingung.

"Aku ... mulai sekarang aku bakal nanggung kamu sama Damar," tiba-tiba Ryan berkata.

Prita melongo selama beberapa saat. Apa yang dikatakan Ryan barusan?

"Kamu lagi ngigau, ya?" tuduh Prita.

Ryan menggeleng, masih tampak serius. Dan gugup kini. Lagi, pria itu mengambil napas dalam, lalu menatap Prita tepat di matanya, dan pertanyaan Ryan berikutnya membuat Prita benar-benar terkejut,

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang