Bab 54 - It's The Start
"Kamu kenal Giandhika dari mana?" tanya Angga begitu mereka kembali masuk ke dalam rumah setelah mengantarkan Dhika sampai ke depan pintu tadi.
Dera memutuskan untuk tak menjawab.
"Kenapa Kak Raka sama sekali nggak bilang kalau Kakak ketemu Giandhika?" tuntut Angga. "Kakak kan tahu, aku tuh ..."
"Kamu bukan anak kecil, Ngga," sengit Raka.
Angga mendecak tak suka.
"Tapi ... Kak Raka juga nggak ngasih tahu ke aku atau Angga kalau Kakak ketemu Dera di The Key," Dimas berkata.
"Kakak lupa," balas Raka pendek.
Dera mengerutkan kening. Lupa? Apa kakak sulungnya itu sedang bercanda?
"Tapi Ra, Giandhika udah ada rencana buat ngelanjutin gamenya, belum? Dia nggak cerita apa-apa ke kamu?" Angga menatap Dera antusias.
Dera mendesis kesal. "Kak Angga tuh keterlaluan, deh. Kakak tahu nggak, betapa beratnya buat Dhika mau balik lagi ngejar impiannya itu?" sengitnya.
"Maksudmu?" Angga menatap Dera bingung.
Dera sudah membuka mulut, tapi ia kembali menutup mulutnya, tak ingin membicarakan rahasia Dhika pada orang lain tanpa seizin Dhika, bahkan meski itu kakaknya.
"Dia ngilang tanpa jejak gitu bukannya tanpa alasan," Raka berbicara. "Dia mungkin feeling guilty, karena dia nge-drug sama temannya, tapi cuma temannya yang meninggal."
"Dhika nggak kayak gitu!" bentak Dera.
Raka menatapnya. "Sejauh mana kamu tahu anak itu, Ra? Apa kamu tahu keluarganya? Dia kabur dari rumah, sibuk main-main sama temannya dan pas mereka udah populer, dia tenggelam sama obat-obatan."
"Kak Raka yang nggak tahu apa-apa!" Dera tak terima. "Apa Kakak bahkan tahu apa yang terjadi sama dia dan keluarganya? Beda sama Dera yang punya kakak-kakak yang perhatian buat jagain Dera, Dhika nggak punya siapa-siapa buat jagain dia. Satu-satunya orang yang dekat sama dia cuma temannya itu dan dia harus kehilangan temannya dengan cara kayak gitu. Kalau seandainya Kakak kehilangan Dera dengan cara kayak gitu, apa Kak Raka bakal baik-baik aja?"
"Jangan ngomong sembarangan," gusar Raka. "Jangan ngebandigin dia sama kamu, Ra. Dia berasal dari keluarga yang nggak jelas. Dan dia juga ..."
"Kak Raka tuh kejam banget tahu, nggak?" sela Dera kesal. "Apa di mata Kakak, cuma status keluarga sama status sosial aja yang penting? Dera sendiri juga bukannya dari keluarga bangsawan. Dera bahkan punya kakak yang suka nyelidikin informasi pribadi orang lain."
Dera bangkit dari sofa dengan marah dan naik ke kamarnya. Tak lupa, ia membanting pintu kamar untuk menegaskan kemarahannya. Raka benar-benar keterlaluan.
***
"Kenapa Kakak nggak ngasih tahu kalau Kakak ketemu sama Dera dan Dhika di The Key?" Dimas tak dapat menahan tanya ketika hanya ada dia dan Raka di ruang makan malam itu.
Raka tak membalas dan hanya menatap ke arah gelas minumnya yang sudah kosong.
"Aku tahu, Kak Raka nggak mungkin lupa tentang hal kayak gitu. Dan kita udah janji kalau kita nggak bakal nyembunyiin masalah apa pun tentang Dera. Kita bakal ngomongin semua masalah tentang Dera dan nyari solusinya bareng-bareng. Tapi, apa ini?" tuntut Dimas. "Apa Kak Raka juga tahu kalau Dera sedekat ini sama anak itu? Sampai dia mati-matian ngebelain anak itu di depan Kakak. Bahkan dulu, meski kita ngomongin hal buruk tentang teman-temannya, dia nggak pernah ngelawan ataupun berusaha ngebelain mereka. Jadi sebenarnya, udah sejauh mana hubungan Dera sama anak itu? Apa mereka ... punya hubungan serius?" Dimas tak bisa menyembunyikan kecemasan dalam pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
Ficción GeneralTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...