Bab 75 - Kehilangan Tetaplah Kehilangan

1.5K 211 51
                                    

Bab 75 - Kehilangan Tetaplah Kehilangan

"Lo tungguin di sana dulu, gue bakal berangkat sekarang sama Erlan," Lyra berkata pada Ryan dari ponselnya.

"Kirim orang lo ke bandara, siapa tahu kakeknya Erlan ngirim orang-orangnya di bandara juga. Ini di rumah sakit soalnya ada banyak orang-orangnya kakeknya," Ryan memberitahu. "Dan juga ... gue titip Erlan, Lyr."

Lyra tak membalas, tapi begitu ia mengakhiri telepon dengan Ryan, ia segera menghubungi orangnya untuk mengirim pengawal ke bandara.

"Kita berangkat sekarang," Lyra berkata pada Erlan yang tampak melamun. "Erlan, sialan! Jangan mendadak jadi lemah di saat kayak gini!"

Erlan akhirnya menoleh pada Lyra, tapi tak mengatakan apa pun. Lyra lalu meminta Dhika mengantarkannya ke bandara.

"Kita nggak boleh ikut ke Jakarta, Lyr?" tanya Dera.

"Jangan sekarang ya, Ra. Aku belum mastiin keadaan di sana. Nanti aku kabari lagi kalau aku udah di sana," ucap Lyra.

Dera mengangguk muram, tapi tak protes. Meski begitu, ia berkeras ikut mengantar Lyra dan Erlan ke bandara.

Sepanjang jalan, Erlan masih diam, menatap kosong keluar jendela. Pria itu bahkan tak protes ketika Lyra menyeretnya seperti ini. Ini adalah pertama kalinya Lyra melihat Erlan seperti ini.

Meski begitu, Lyra berusaha untuk tetap tenang. Bahkan perjalanan Solo-Jakarta terasa lebih cepat dari biasanya. Saat ini, Lyra hanya memikirkan cara untuk lolos dari kakek Erlan jika memang kakeknya berusaha menghadang Erlan untuk menemui ibunya.

Renee seharusnya melakukan ini dengan lebih baik. Melihat kakek Erlan bahkan sudah memasang penjaga di rumah sakit, tentu Renee diikuti tadi. Benar seperti dugaan Ryan, menyambut kedatangan Lyra dan Erlan, tidak hanya orang-orang Lyra, tapi juga ada orang-orang kakek Erlan.

Keributan terjadi ketika orang-orang kakek Erlan berusaha mendekati Erlan dan Lyra. Lyra memerintahkan orang-orangnya untuk menahan orang-orang itu, sementara ia menarik Erlan keluar dari bandara.

Begitu mereka masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu Lyra, Lyra menghubungi Ryan, memastikan situasi di rumah sakit. Penjagaan lebih diperketat, menurut laporan Ryan. Lyra sampai harus menyiapkan dua kali lipat orang-orangnya.

Ketika mobilnya sudah tiba di depan lobby rumah sakit, Lyra tidak segera keluar dan memutar tubuhnya menghadap Erlan yang masih tampak melamun. Lyra mendesis kesal seraya menangkup wajah Erlan dan memaksa pria itu menatapnya.

"Jangan kayak gini, Sialan!" maki Lyra kesal. "Kalau lo pengen ngelakuin sesuatu, jangan jatuh sekarang! Lo bahkan belum ngelakuin apa pun, jadi kenapa lo kayak gini?!"

Erlan mengerjap.

"Gue di sini, Lan. Lo nggak sendirian. Gue janji, lo bakal ketemu sama nyokap lo, jadi ..." Kalimat Lyra terhenti ketika tiba-tiba Erlan menarik Lyra dalam peluknya.

Lyra membiarkan Erlan memeluknya beberapa saat. Sampai mobil-mobil lain tiba di sana, menunjukkan bahwa orang-orangnya sudah tiba, dan Lyra mendorong Erlan.

"Kita masuk sekarang. Siapin diri lo," Lyra mengingatkan Erlan.

Lyra tak bisa untuk tidak cemas ketika wajah Erlan tak menunjukkan ekspresi apa pun, tidak satu emosi pun. Namun, ia tidak bisa terus berada di sini.

Lyra membuka pintu mobilnya, keluar lebih dulu, sebelum menarik Erlan keluar bersamanya. Ia memberi aba-aba pada orang-orangnya untuk masuk lebih dulu dan membersihkan jalan mereka. Memasuki lobby, Lyra melihat Ryan sudah menunggunya.

Just Be You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang