Bab 41 - Pengorbanan
"Kamu mau ke mana?" tanya Lyra saat sore itu Dera akan keluar rumah. Hari itu Lyra memang menemani Dera di rumahnya, mengingat gadis itu masih shock karena kejadian kemarin, dan kebetulan hari ini mereka off.
"Jalan-jalan," jawab Dera pendek.
Lyra tak bertanya lagi, tapi ia mendesah berat ketika mengangkat tubuhnya dari sofa ruang tengah rumah Dera dan menyusul Dera. Dera pergi ke kafe tak jauh dari pabrik, memesan segelas es cokelat, tapi selama satu jam berikutnya, dia hanya melamun.
Namun, tepat ketika jam menunjukkan pukul enam, Dera bangkit dari duduknya dan meninggalkan kafe. Lyra terpaksa mengikuti Dera setelah membayar minuman mereka. Ketika Dera berhenti tak jauh dari pabrik, Lyra menatap gadis itu bingung.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Lyra.
Dera tak menjawab. Lalu di depan sana, ketika beberapa karyawan keluar dari pabrik untuk istirahat, membeli makan, atau sekadar nongkrong di luar pabrik, Dera melangkah ke arah gerbang pabrik. Lyra sempat khawatir Dera akan membuat ribut karena kejadian kemarin. Karena jika Lyra ada di posisi Dera, hari ini ia pasti akan datang lagi ke pabrik untuk mencari orang-orang kemarin dan menghukum mereka.
Untunglah Dera bukan Lyra, karena gadis itu tidak melakukan apa pun selain berdiri di depan gerbang. Sampai Dhika muncul, dan Dera menghampiri Dhika yang tampak terkejut saat melihat Dera dan Lyra di sana. Pria itu menatap Lyra, tanpa kata melempar tanya, tapi Lyra juga sedang kesal padanya, jadi ia tidak menjawab.
"Kenapa kemarin kamu ngelakuin itu?" Lyra mendengar Dera bertanya.
Dhika tak menjawab. Dasar pria pengecut keras kepala.
"Kenapa kamu kemarin nolongin aku?" tuntut Dera.
Dhika masih tak menjawab. Dia malah dengan santai berjalan melewati Dera, tapi Dera menahan lengannya.
"Aku ngomong sama kamu! Kamu punya mulut, kan? Bisa ngomong, kan?" Suara Dera meninggi.
Lyra mendesah berat. Dhika benar-benar masokis sejati. Bahkan meski ini menyakitinya, dia tetap tak mengatakan apa pun.
Dhika melepaskan pegangan Dera di lengannya dan berjalan ke arah Lyra, tapi langkahnya terhenti saat Dera berseru,
"Kalau kamu kayak gini, aku harus gimana?!"
Dhika mengernyit, terluka.
"Kalau kamu pengen buat aku benci sama kamu, lakuin itu sampai akhir. Jangan buat aku ragu kayak gini!" seru Dera marah. "Sekali kamu ngebalikin badan dari aku, jangan balik lagi, Brengsek!" maki Dera.
Dhika memejamkan mata, kedua tangannya terkepal erat.
"Kasih tahu aku, aku harus gimana?" Suara Dera melemah, terdengar begitu terluka.
Sayang sekali Dera tidak melihat ekspresi Dhika saat ini. Karena jika dia melihatnya, Dera pasti akan terkejut, karena dia akan bisa melihat betapa Dhika sangat peduli pada gadis itu.
Ketika Dhika membuka mata, dia menatap Lyra tajam. "Kalau kamu mau nyerang aku, serang aku langsung. Jangan bawa-bawa dia," Dhika berkata padanya, sebelum berlalu.
Lyra melirik pria itu dan mendengus pelan. Dia tahu Lyra menyerangnya. Namun, apa dia sadar, jika Lyra menyerangnya langsung, itu tidak akan mengubah apa pun. Berbeda jika Lyra melibatkan Dera, yang adalah kelemahan Dhika. Setidaknya, kini pria itu akan berpikir ulang untuk melepaskan Dera.
Memangnya dia pikir siapa dia? Tiba-tiba masuk ke dalam hidup Dera, memaksa gadis itu bersandar padanya, sebelum kemudian memaksanya keluar dari hidupnya dengan kasar. Lyra benar-benar benci dengan pengecut egois seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be You (End)
Fiksi UmumTiga gadis muda dengan latar belakang berbeda, sama-sama sedang mencari tempat mereka di dunia yang kejam ini, dengan cara masing-masing. Dipertemukan di tempat yang tidak biasa, pabrik, kehidupan dan lingkungan yang keras harus mereka hadapi, denga...