17. Potek

891 89 0
                                    

Setelah latihan Pensi, ITZY dan TXT makin akrab. Yeji yang di kenal cuek + irit ngomong sekarang udah agak bawel, ya walaupun dikit. Mereka kumpul tanpa Taehyun, Chaeryeong, dan Yuna. Mereka juga baru saja melaksanakan PTS dan Yeonjun mendapat peringkat pertama di kelas.

Yuna keluar dari toilet dengan wajah sangarnya. Yuna menurunkan tangannya sambil mematikan sambungan telepon dari Yujin. Senyuman licik terukir di bibirnya.

“Gue labrak mampus lu,” monolog Yuna.

Dengan langkah yang cepat, Yuna menjadi pusat perhatian beberapa orang yang ada di kolidor kelas. Yuna sekarang mencari Yuri yang memberikan berita palsu tetangnya dan Seungmin yang pastinya akan membuat Hyewon salah paham dan pastinya Taehyun akan dibuat frustasi dengan Chaeryeong yang menangis tanpa henti.

“SI YURI YULIANTI MANA?” teriak Yuna di depan kantin.

Yuna menjadi pusat perhatian. Ryujin melirik Yeonjun yang ditanggapi gelengan kepala.

“Yuna kesurupan mungkin,” celetuk Soobin.

“Santai dong, Yun. Bicarain baik baik,” kata Yujin sambil memegang tangan Yuna.

Yujin nyesal udah kasih tau kalo trio lambe turah ada di kantin, coba aja tadi gak ngejawab pertanyaan Yuna. Yujin pikir Yuna gak akan semarah ini. Untuk pertama kalinya Yuna marah marah mirip orang kesurupan.

“GIMANA GU….” Kamal nutup mulut Yuna dan merangkulnya keluar dari kantin. Bisa bisa langsung baku hantam.

Felix ngelirik tiga sodaranya, mereka ngintip dibalik gerobak mie ayam Mamih Ong mastiin Yuna udah gak ada. Felix gak habis pikir sama kembaran dan dua sepupunya itu. Dari sejak kecil pasti selalu berbuat ulah, sampai dulu Felix kena amuk emak emak yang anaknya di dorong Chaewon ke got. Dulu itu Chaewon rambutnya suka disamaain sama Felix jadi susah ngebedainnya.

“Taeryeong mana?” tanya Yeji memecah keheingan, mereka berlima melirik Yeji.

Setelah Lia pamit ke toilet, mereka bingung mencari topik pembicaraan. Sebelumnya mereka menggoda Yeonjun dan Lia yang kembali akrab seperti dulu.

“Kak Taeryeong kan alumni sini yang cakep itu kan? Yang katanya dulu di pukul sama kak Lucas sampe terbang ke got, untung ke got bukan ke gerobak sayur. Nanti bisa bisa di suruh ganti.” Ryujin natap Yeji, “emangnya ke sini? Gue pengen liat, deh, jadinya. Gue pengen liat secakep apa sih dia.”

“Jin, ini Taeryeong bukan Taeyong alias Tiwai, Terong, dan sejenisnya. Yang Yeji maksud itu Taehyun sama Chaeryeong bukan kak Taeyong,” kata Yeonjun menjelaskan, “Yeji engga akan tau kak Taeyong, dia kan udah kawin kemaren di Pamanukan sama jande mude anak satu.”

“Oh, gue kira kak Taeyong.” Ryujin cengengesan.

“Kadang susah, ya, kalo ngomong sama lo. Ga kebayang gimana susahnya Yeonjun sama Soobin ngejelasin dari dulu,” kata Beomgyu.

Susana kembali hening, hanya terdengar suara Ryujin yang berguman tidak jelas. Beomgyu melirik Ryujin yang terlihat kesusahan memotong baso.

“Ini baso apa bola basket? Susah amat di potongnya,” gumam Ryujin.

“Eh, Gyu.” Beomgyu menengok ke arah Yeonjun yang menepuk pundaknya begitu juga Ryujin yang kepo, “lo masih ngejones aja?”

Beomgyu tidak menjawab. Tangannya masih di lipat dan bersender di tiang di belakangnya. Ia malas menjawab, lagi pula kalau pun Beomgyu menyukai seseorang pasti ia tidak akan kaya Kamal sampe satu sekolah tau gadis yang Kamal taksir.

“Awas, nanti batangnya berkarat karena kelamaan menjones,” sahut Ryujin engga nyelo.

Ryujin ketawa keras mirip bapak bapak. Ryujin ngerasa lucu ngingat perkataannya tadi sampe Yeonjun kena geplakan maut Ryujin.

Tatapan Beomgyu tak lepas dari Ryujin yang masih ketawa mirip bapak bapak. Beomgyu mengangkat sedikit ujung bibirnya. Tangannya masih terlipat dan masih bersadang di tiang. Ryujin berhenti tertawa dan menyurut air matanya. Semua kembali normal setelah Ryujin menjadi pusat perhatian.

“Jin, gue suka sama lo.”

“HAH, APA LU BILANG?” Ryujin kaget setengah mati mendengar penuturan Beomgyu.

Teriakan Ryujin sontak membuat Ryujin kembali menjadi pusat perhatian. Beomgyu tertawa kecil, meurut Beomgyu gadis di depannya ini ngegemesin walaupun setengah cewe, setengah laki.

“Mau gue ulang?” Beomgyu tersenyum jahil, “gue suka sama lo, Jin.”

Semua siswi yang mengagumi Beomgyu dibuat menjerit di dalam hati. Mereka benar benar tidak terima Beomgyu menembak Ryujin. Ini benar benar mendadak.

“GOBLOKNYA NATURAL!” pekik Beomgyu yang membuat semua menatap sebal.

“MINTA DI POTONG TU BATANG PAKE GOLOK!”

Di taman belakang, Taehyun mencoba menenangkan Chaeryeong yang terus menangis tanpa henti, kalau di tampung mungkin dah seember. Dari sejak berangkat bareng, Chaeryeong keliatan murug.

Taehyun ngusap pundak Chaeryeong. “Dah, Caer. Lo jangan nangis mulu dong, nanti kalo kesambet lagi gimana?”

Setelah dapat kabar dari Taehyun. Lia segera ke taman belakang. Taehyun hanya diam mengusap pundak Chaeryeong. Lia menghela nafas kasar.

“Gimana mau dapet cewe, nenangin cewe aja kaga bisa dari dulu,” gumam Lia.

Lia menghampiri Taehyun. “Bujuk kek, biar berenti nangisnya.” Taehyun menengok dan bangkit.

“Udah dibujuk tapi dia kaga mau berenti nangis dari tadi, padahal tadi gue udah ngebujuk dia mau neraktir cendol di pasar tapi dia tetap aja nangis. Gue sampe nawarin mobil BMW tetep aja mewek.”

"Anjir, mobil BMW. Dapet darimana tuh duit?"

"Ngepet."

"Eh, mau kemana?" Lia menahan tangan Taehyun.

"Jajan."

Beberapa menit kemudian.

Lia berlari ke kantin. Lia berteriak memanggil Taehyun.

"Ada apa, Li?" tanya Kamal.

"Chaeryeong kesurupan, sekarang ada di ruang PMR. Taehyun mana?"

Guru guru berkumpul di depan ruang PMR setelah mendengar teriakan Chaeryeong.

"Belum sadar juga, pawangnya mana ini?" tanya Pak Youngjae.

"Lagi BAB, Pak," jawab Ryujin.

"Yuna udah nyusul," kata Yeji.

Yuna berkali kali menggedor gedor pintu toilet Taehyun.

"Buruan, Chaeryeong kesurupan!"

"Bentar, baru separo."

"Eh, ngapain di sini Yuna?" tanya Guanlin.

"Chaeryeong kesurupan, gue nyusulin pawangnya nih."

Taehyun keluar dari toilet. Dengan cepat Yuna menarik Taehyun ke ruang PMR.

"AWAS, PAWANGNYA DATANG!" teriak Yuna.

Ryujin, Yeji dan Lia kewalahan menahan tangan dan kaki Chaeryeong.

---

"Eh, udah berenti nangisnya? Bukannya tadi di kelas?"

"Cape nangis mulu, pengen liat Lia nanyi. Eh, malah liat om om jadi jadian."

TBC

TEMEN MALAH DEMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang