11.

24.5K 1.4K 20
                                    

          DORR

"Lujin!" Abbey berteriak ketika pria itu menembakkan pelurunya ke arah Luigene. Abbey langsung panik dan mendekati Luigene. "Lujin... kau berdarah... bagaimana ini?" tanpa sadar Abbey menangis dan memegang bahu yang sudah berlumuran darah.

"Abbey duduk dengan tenang." Luigene masih berusaha menenangkan Abbey dengan sedikit bergetar. "Hubungi polisi..."

"Bagaimana aku bisa duduk dengan tenang jika kau berdarah bodoh!" Abbey dengan cepat membuka ponselnya sendiri dan menghubungi nomor darurat.

"Jangan keluar dari mobil, tutup mata dan telinga mu," perintah Luigene menahan sakit pada bahunya. Pria itu mengeluarkan pistol dari saku celananya membuat Abbey terkejut bukan main.

"Kau menyimpan pistol juga? Bajingan! Kenapa kalian semua mempunyai pistol." Abbey memukul Luigene membuat pria itu meringis. "Ini bukan waktu yang tepat Abbey."

Luigene baru saja akan keluar dari mobil ketika seseorang lebih dulu menembakkan pelurunya ke arah kaki pria itu dan meringkusnya cepat.

Abbey dan Luigene langsung berhambur keluar untuk melihat siapa yang menolong mereka. Seorang pria dengan balutan jas dan rambut pirang sedang berjongok di depan mobil mereka meringkus pria yang sempat menembak Luigene tadi.

"Kalian baik-baik saja?" tanya pria itu menatap Abbey. "Aku baik-baik saja tapi supirku terkena peluru, bisa tolong bawa dia ke rumah sakit?"

Tak lama polisi datang dan dengan cepat membawa pria yang menghadang Abbey tadi. "Lepaskan aku! Starley aku mencintaimu sialan!" Abbey hanya meringis pelan mendengar penolakkan pria itu.

"Kau Starley?" tanya pria itu kepada Abbey yang di hadiahi tatapan tak bersahabat dari Luigene. "Starley Langner istri Arlington?" Luigene dengan cepat menarik Abbey dan berusaha menyembunyikan tubuh perempuan itu di belakang tubuhnya.

"Bukan urusanmu," jawab Luigene tak suka.

"Sir, tolong bantu aku bawa supir ku ini kerumah sakit, dia berdarah, aku takut dia mati," pinta Abbey dengan takut, tak peduli dengan pertengkaran yang akan dimulai Luigene.

Luigene menatap Abbey dengan tajam sedangkan pria itu terkekeh pelan, "Supir? Aku rasa dia tidak akan mati hanya dengan peluru kecil seperti ini, benar kan?" gumam pria itu kecil.

Pria itu menahan tubuh Luigene dan membawanya masuk ke dalam mobilnya, meski Luigene sempat menolak tapi ocehan Abbey sukses membuat Luigene menurut.

"Sir, tolong antarkan supirku, aku akan menyusul dengan mobilku."

"Tidak perlu, masuklah. Aku akan mengirim orang lain untuk mengurus mobilmu," dengan cepat Abbey ikut masuk.

"Apa yang harus aku lakukan..." tanya Abbey pada Luigene yang sudah menahan bahunya sendiri dengan sapu tangan.

"Tahan pendarahannya agar tidak keluar lebih banyak," jawab pria yang menolong mereka tadi masih fokus mengemudikan mobilnya secepat mungkin.

Abbey melihat Luigene yang sudah melakukan semuanya dengan mandiri tetapi sapu tangan pria itu sudah penuh dengan darah. Dengan inisiatif Abbey langsung merobek ujung dress nya sendiri dan menggantikan tugas sapu tangan Luigene.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang