72.

33.7K 1.5K 103
                                    

          Luigene menyerngitkan dahinya, bom ini tidak memiliki waktu. Pemacunya ada di tangan Abbey, jika Abbey menarik tangannya dari tabung itu maka bom itu bisa meledak.

Lalu apa maksud Primo dengan hanya memberikan waktu 20 menit?

Ada sesuatu yang salah.

Luigene menemukan dua kabel berwarna merah, satu pendek, dan satu lagi berukuran panjang. Kabel itu menjalar ke bawah dan terhubung ke sebuah pintu.

Matanya membulat terkejut tetapi berusaha untuk tetap setenang mungkin.

Ada dua bom yang dipasang oleh Primo, dan masing-masing bomnya aktif. Pemacunya memang ada di tangan Abbey tapi bom yang satu lagi sudah diatur dengan waktu 20 menit.

Kedua bom itu saling terhubung, artinya jika bom yang ada pada tubuh Abbey tidak meledak, maka bom yang satu lagi akan meledak.

Trik seperti ini juga pernah ia temui sebelumnya. Ini hanya pengalihan agar korban merasa aman ketika bom sudah dilepas, nyatanya akan tetap meledak, bahkan dengan ledakan yang lebih besar.

Mata Luigene memanas, tidak ada pilihan lain.

Dengan perlahan dan sangat hati-hati, ia memindahkan pemacunya ke tangannya. Pemacu tersebut memerlukan umpan yang bisa menahannya.

Setelah memotong kabel pendek berwarna merah, ia langsung melepaskan rompi itu dari Abbey.

"Bawa Abbey keluar sekarang."

Matanya yang berair menatap Abbey dalam gendongan Arlington.

Jika memang ini yang terakhir kalinya Luigene harus melihat Abbey maka berakhirlah begitu. Ia tidak takut dengan kematian karena pada akhirnya semua manusia akan mati, tidak ada yang kekal.

Luigene hanya takut jika harus melihat perempuan yang ia cintai terluka di depannya.

Tersisa waktu lima menit.

Setelah memastikan Arlington membawa Abbey keluar, dengan tangan yang sedikit bergetar, ia segera membongkar pemacu yang ada di tangannya.

Jika Luigene meninggalkan pemacunya begitu saja tanpa menonaktifkannya, maka ledakannya akan sangat besar, dan mungkin bisa menghancurkan seluruh gedung tersebut.

Ia tidak tau apa dengan waktu lima menit, ia masih bisa memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Jika memang tidak, maka setidaknya banyak puluhan nyawa yang terselamatkan.

Ketika Luigene sedang membongkar pemacunya, Arlington kembali dengan nafas tersengal membuatnya terkejut bukan main.

"Apa yang kau lakukan? Dimana Abbey! Aku bilang bawa dia pergi!"

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau tidak ikut turun! Abbey sudah aman bersama Erdem, aku menjemputmu sialan!"

"Shit Arlington! Ada bom lain di apartemen ini, aku berusaha untuk menonaktifkan pemacu bom Abbey, jika tidak, maka tidak ada yang akan selamat."

Luigene tak mengalihkan fokusnya dari serangkaian kabel yang ada di depannya. "Sekarang kau pergi dari sini, aku bisa menanganinya sendirian."

Bukannya pergi Arlington justru berjongkok di sebelah Luigene. "Jangan banyak bicara dan lakukan."

"Kau harus pergi, bom ini akan tetap meledak, aku hanya bisa mengurangi frekeunsi ledakannya. Aku tidak memiliki waktu untuk menonaktifkan keduanya."

Ketika mengatakan ini Luigene bersungguh-sungguh, ia ingin melihat Abbey bahagia. "Kau harus hidup untuk anakmu."

"Dan membiarkanmu mati begitu saja?"

"Waktunya tinggal tiga menit lagi brengsek!"

Bertepatan dengan itu, suara bising dari jendela membuat keduanya menoleh.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang