"James! James!"
Luigene yang baru saja melewati kamar Abbey pun langsung masuk begitu saja begitu mendengar teriakan Abbey, mungkin saja perempuan itu sedang dalam bahaya.
Ketika Luigene masuk, ia langsung menghampiri Abbey yang terduduk di ranjang dalam kamar yang gelap membuat Luigene tak bisa dengan jelas melihat keadaan Abbey.
"Hidupkan lampunya..." lirih Abbey dan Luigene langsung dengan cepat menghidupkan lampunya, ia bisa melihat wajah Abbey yang sudah dipenuhi air mata, mata perempuan itu sedikit memerah dan tercetak jelas gurat ketakutan diwajahnya.
Luigene sedikit terkejut karena ini pertama kalinya ia melihat Abbey yang tampak sangat berbeda.
"Aku takut, James..." bisik Abbey kemudian meraih tangan Luigene, ia bisa merasakan telapak perempuan itu yang sangat dingin.
"Aku disini, lampunya sudah hidup." Luigene berusaha menenangkan. Kemudian Abbey kembali membaringkan tubuhnya dengan masih menggenggam tangan Luigene.
Tak memiliki pilihan lain, Luigene membiarkan Abbey menggenggam tangannya. Ia sendiri tak yakin jika Abbey dalam keadaan sadar dan menyadari jika yang di depannya sekarang ada Luigene, bukan James.
Tak lama pintu kamar terbuka menampakkan Arlington yang sedang menatapnya dengan heran. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Arlington dengan nada yang sedikit meninggi, ditambah ketika ia melihat Luigene yang sedang menggenggam tangan istrinya.
"Tadi aku mendengar Abbey berteriak, dan maaf aku masuk kemari karena aku pikir terjadi sesuatu," kata Luigene kepada Arlington setenang mungkin. "Ketika aku masuk Abbey sedang menangis dan meminta agar aku menghidupkan lampunya, mungkin ia terbangun dan sedikit terkejut mendapati kamar yang gelap."
Arlington menghampiri Abbey kemudian Luigene melepaskan tangannya dari Abbey secara paksa, Abbey kembali meracau pelan.
"James..."
Arlington dengan cepat menggenggam tangan Abbey menggantikan tangan Luigene, bukan apa, Arlington tidak mau pelayan melihat Abbey dan Luigene sedang berdua di dalam kamar kemudian menimbulkan kesalah pahaman dan para pelayan akan mulai bergosip.
"Aku permisi, jika terjadi sesuatu panggil saja," kata Luigene sebelum pamit keluar, ia melihat kearah Abbey sekali lagi untuk memastikan.
Arlington menatap Abbey yang masih memakai baju tadi pagi, perempuan itu tertidur sejak sore hari. Arlington ingin membangunkannya tetapi ia sedikit tak tega.
Akhirnya Arlington memutuskan untuk melepas genggamannya secara perlahan kemudian membasuh tubuhnya sendiri secepat mungkin, takut-takut Abbey kembali meracau.
Setelah selesai mandi, ia langsung menghampiri Abbey dengan selimut tambahan di tangannya yang ia bawa dari walk in closet tadi. Arlington menyelimuti Abbey kemudian berjalan kearah teras.
Arlington menghubungi seseorang sambil sesekali melihat Abbey yang masih terlelap.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Arlington dengan sedikit berbisik, takut Abbey mendengarnya.
"..."
Arlington tertawa pelan. "Bagiku kau tetap yang paling cantik."
"..."
"Dia sudah tidur. Tunggu waktu yang tepat, aku akan mempertemukan kalian. Dia harus mengenalmu tetapi bukan sekarang."
"..."
"Mungkin aku akan—"
Perkataan Arlington terpotong begitu saja begitu merasakan tangan yang melingkar pada perutnya. Arlington menoleh dan sedikit terkejut meski wajahnya berusaha senormal mungkin, ia mendapati Abbey yang sedang memeluknya dengan wajah yang tampak sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Romansa[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...