50.

25K 1.2K 27
                                    

+ Content and/or trigger warning: this part contains scenes of sexual activity which may be triggering for some readers.
_______________________________

          "Kamu yakin?" tanya Arlington sekali lagi. Ia sudah mengulang pertanyaan itu sebanyak enam kali dan Abbey selalu mengangguk. Abbey tidak pernah seyakin ini sebelumnya.

"Tidak, aku tidak bisa."

"Yes, you can," Abbey menahan tubuh Arlington yang akan bangkit dari duduknya.

"Abbey aku tidak bisa memperlakukan kamu seperti aku memperlakukan perempuan-perempuan itu. Kamu istri aku, kita bisa melakukannya dengan normal. Kamu bisa menyentuh aku sepuas kamu."

Arlington menggeleng dan menaruh handcuffs yang Abbey berikan kepadanya.

Ya, isi kotak tersebut adalah handcuffs. Entah darimana Abbey mendapatkanya.

Dengan kesabaran yang tersisa, Abbey meraih handcuffs besi tersebut dan menarik Arlington untuk berdiri. Tangannya terulur kearah Arlington dengan menantang.

"Aku yang mengingkannya, aku ingin merasakannya. Tidak ada pemaksaan disini."

"..."

"Arlington lihat aku," tangan Abbey menarik tengkuk Arlington agar mendekat, "Apa kamu suka ketika melihat mereka terikat dengan benda ini?"

"..."

"Jangan berbohong. Kamu baru saja mengucapkan janji di gereja tadi."

Pria itu memejamkan matanya dengan erat sebelum kembali membukanya di ikuti dengan anggukan mantap. "Menyukainya bukan berarti aku ingin melakukannya,"

"Tapi aku ingin,"

Abbey terlihat sangat yakin. Sejenak keheningan berada diantara mereka sebelum Arlington menerima handcuffs tersebut dari tangan Abbey.

Istrinya itu keras kepala, Arlington tau Abbey tidak akan menyerah dengan mudah.

"Okay, aku tidak pernah memaksa, ini keinginanmu." tarikan lembut Arlington membawa perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi. "Berbalik lalu satukan tanganmu, angkat setinggi mungkin," kata Arlington dengan nada perintah.

Pria itu langsung mengikat tangan Abbey dengan handcuffs dan mengaitkannya di atas shower sehingga Abbey terlihat menggantung dengan tangan yang terikat. Bukannya takut, Abbey justru tertawa pelan membuat Arlington semakin heran.

Tidak sampai disitu, Arlington juga membuka keran air sehingga mereka berdua basah. Tangan hangat Arlington menyentuh kulit polos Abbey, pria itu memeluknya dari belakang sembari menggigit daun telinganya.

"Kamu bisa memintaku untuk berhenti jika sakit atau aku melewati batasku." Arlington meremas payudara Abbey tanpa menyentuh puncaknya.

"Jangan berhenti,"

Sial! Arlington sangat menyukai suara Abbey yang memerintah tetapi terdengar seperti memohon.

"Nakal," gumam Arlington sambil meremas bokong Abbey hingga perempuan itu menarik handcuffs nya sendiri. Ini gila, sangat gila, Arlington bahkan belum melakukan apa pun.

"Do you trust me?" tanya Arlington memastikan sekali lagi. Ia tidak pernah bertanya terlalu banyak kepada lawan mainnya seperti sekarang.

"Yes! don't hesitate to show me your desire, husband." suara Abbey mulai terdengar parau karena Arlington terus melancarkan godaannya. Setiap sentuhan Arlington pada kulitnya membuat Abbey menggelap dan menginginkan hal lebih.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang