46.

23.9K 1.3K 39
                                    

+ Content and/or trigger warning: this part contains scenes of sexual activity which may be triggering for some readers.
_______________________________

Pupil mata Abbey melebar ketika Arlington dengan rakus mencium bibirnya. Tangan pria itu tak tinggal diam, terus mengeksplorasi punggung Abbey dengan sebelah tangannya yang menekan tengkuk Abbey lebih dalam.

Abbey tidak membuka mulutnya atau membalas Arlington membuat pria itu dengan gemas menggigit bibir Abbey. Ketika bibir Abbey terbuka, Arlington menggunakan kesempatan itu untuk mengikut sertakan lidahnya mengabsen setiap sudut mulut Abbey.

Perlahan perempuan itu terbuai dengan permainan Arlington dan membalasnya. Abbey bisa gila jika tidak membalas permainan Arlington.

Pria itu menekan tubuhnya lebih dalam sebelum mengangkat tubuh wanitanya tanpa melepas tautan mereka. Arlington meletakkan Abbey diatas grand piano miliknya sehingga menimbulkan suara karena kaki Abbey tidak sengaja menekan tuts piano.

Gerakannya semakin menggebu. Jari-jari panjang Abbey meremas rambut Arlington ketika bibir pria itu merembat ketengkuk dan bermain disana

Arlington melepaskan tautannya, menempelkan dahinya pada dahi Abbey. Menatap mata Abbey yang mulai menggelap dengan nafas yang menderu.

"May I?" tanya Arlington terdengar seduktif bagi Abbey. Ia menginginkan hal yang lebih.

"Do whatever you want to me,"

"I think we should do something that makes us moan,"

"Make me moan with your tongue, don't stop until I'm shaking." tantang Abbey.

"My pleasure, pumpkin," Arlington menyibak dress yang Abbey kenakan dan menurunkan pakaian dalamnya. Dengan sekali hentak, Arlington menarik kedua paha Abbey agar terbuka lebar.

Matanya terus menatap mata biru Abbey tanpa beralih sedikitpun sedangkan tangannya bergerak membelai paha dalam perempuan itu bersamaan dengan ciumannya yang meredam desahan yang akan lolos. Arlington memainkan inti perempuan tersebut dengan jari-jemarinya.

Permainan tangan Arlington selalu berhasil membuatnya seolah terbang. Bukan main, ia bahkan hampir mendapatkan pelepasannya, jika saja Arlington tidak menarik tangannya membuat Abbey mendesah kecewa tetapi itu tak berlangsung lama ketika lidah Arlington menggantikan peran jari-jemarinya.

Abbey sedikit terkejut, ia melengkungkan dadanya, "Nanti ada pelayan yang melihat," kata Abbey berusaha menahan desahannya sendiri. Abbey melihat kebawah, dimana Arlington berada di antara kakinya. Tubuhnya terasa lemas bahkan hampir terjatuh, beruntung tangan Arlington menahan pinggangnya dengan baik.

"Let them see," jawab Arlington asal, "I want you to come, pumpkin, come for me," Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Abbey mendapat pelepasannya.

Dengan nafas yang terputus, Arlington mencium bibir Abbey sekilas. Abbey merutuki dirinya sendiri karena sudah basah hanya dengan permainan singkat Arlington. Tetapi ia tidak munafik, ia menginginkannya.

"I want—"

"Shhh," ibu jari Arlington mengusap bibir Abbey dengan sensual, "In the bedroom, naked,"

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang