Arlington baru saja tiba di Italia dan langsung menuju apartemen. Tanpa membunyikan bel atau memberikan tanda, pria itu lebih memilih untuk menekan passcode yang ia hapal diluar kepala.
Ketika masuk yang pria itu dapati adalah keadaan apartemen yang gelap, tidak ada satu penerangan pun yang hidup. Pria itu masuk secara perlahan kemudian menghidupkan lampunya, tepat saat itu suara pecahan kaca membuat Arlington menoleh kearah dapur.
Dengan cepat ia berjalan menghampiri sosok perempuan yang terduduk di dekat kompor sembari memegang pecahan kaca.
"Shaleeya," lirih Arlington sembari berlutut menyingkirkan pecahan kaca yang ada di tangan perempuan itu. "Ini Arlington, kau tidak perlu takut."
Pria itu membawa tubuh Shaleeya agar duduk di sofa. Tubuh perempuan itu sedikit bergetar sembari menatap Arlington, "Maaf... aku tidak tau... aku... aku sedikit takut..."
"It's okay." Arlington menggenggam tangan Shaleeya berusaha menenangkan perempuan itu. "Kau masih sering seperti ini?"
Perempuan dengan rambut pirang itu menggeleng. "Aku takut karena ada yang masuk secara tiba-tiba, aku pikir kau orang lain."
"Dia tidak akan pernah kemari Shaleeya, dia tidak tau keberadaanmu," kata Arlington lembut. "Kemarin Delsin kemari bukan?"
Lagi-lagi Shaleeya mengangguk, Arlington merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Kau tau apa yang terjadi denganmu?"
"Aku... hamil..."
"Jangan takut, aku tidak akan mengirimmu kembali. Anak itu akan menjadi anakku."
"Aku merindukan keluargaku."
"Kau ingin pulang? Aku akan membawamu pulang jika kau mau, tetapi mungkin tidak sekarang. Bersabarlah sebentar lagi ya?"
"Aku takut."
"Shaleeya," panggil Arlington lembut, "Aku tidak pernah meninggalkanmu dan tidak akan pernah. Selama ada aku, tidak ada yang akan berani menyentuhmu lagi."
"Arlington... aku tidak tau kalau aku hamil."
Arlington menggeleng, "Tidak masalah, anak itu adalah anakmu artinya dia juga anakku."
Pria itu membawa Shaleeya ke dalam kamar agar beristirahat. Arlington yakin perempuan itu masih sedikit terkejut karena kedatangannya tadi.
Setelah menyelimuti Shaaleya dan memastikan perempuan itu tidur, Arlington langsung keluar untuk membersihkan dirinya dan tidur di kamar yang berada tepat di sebelah kamar perempuan itu.
Ia sengaja membuka sedikit pintunya agar tau jika Shaleeya membutuhkan sesuatu.
Keesokan paginya, Arlington sedikit panik karena tidak mendapati Shaleeya di dalam kamar, pria itu mengumpat pelan kemudian bergegas untuk keluar.
"Morning." Arlington menoleh kearah dapur, perempuan yang ia cari sedang berdiri di sana sembari mengaduk sesuatu. Shaleeya tersenyum seperti Shaleeya yang ia kenal, dengan tampilan yang jauh dari semalam.
"Morning..." balas Arlington mendekat. "Aku mencarimu, aku kira kau hilang."
"Aku sedang memasak sarapan, duduklah."
![](https://img.wattpad.com/cover/216290149-288-k41257.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Romansa[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...