34.

24.5K 1.3K 74
                                    

          Abbey menatap ngeri pada punggung Arlington yang terdapat bekas cakaran memanjang dari punggung hingga leher, Abbey tidak menyangka jika ia sendiri yang sudah melakukan itu kepada Arlington.

"Apa aku yang melakukan itu semua?"

"Hanya ada satu perempuan yang tidur bersamaku semalam. Tidak mungkin aku mencakar diriku sendiri."

"Maaf..." Abbey tertunduk lemas, ia merasa bersalah campur malu ketika mendengar penuturan Arlington.

Arlington menekuk alisnya, ia tidak bermaksud untuk membuat Abbey merasa bersalah. Ia hanya ingin bermain-main dengan perempuan itu. "Hey, it's okay," Arlington menangkup pelan wajah Abbey dengan tangannya. "Lagi pula aku menyukainya, aku anggap ini sebagai karya seni." Arlington tertawa pelan ketika ia menatap punggungnya sendiri dari pantulan cermin.

"Ini juga salahmu, ulah magic wand mu," kata Abbey asal sembari membantu Arlington memakai kemejanya. "Magic wand?"

Abbey tidak menjawab, dengan wajah datar dan polos ia menunjuk ke arah bawah membuat Arlington tertawa semakin keras.

"Kamu menamainya magic wand?"

"Ya karena dia ajaib," jawab Abbey jujur. Arlington langsung memeluknya dengan gemas. "Kamu bisa berjalan?"

"Aku tidak lumpuh, Arlington."

"Sebaiknya aku gendong sampai di dalam pesawat, bagaimana?"

"Setelah mengambil pekerjaanku, sekarang kamu ingin mengambil alih tugas kakiku?"

"Aku hanya tidak ingin kamu ditertawakan oleh James dan Luigene karena cara berjalanmu yang aneh." Abbey tidak menjawab, membuat Arlington langsung menggendong perempuan itu.

Abbey tidak menolak, ia mengalungkan tangannya pada leher Arlington. Lagi pula Arlington benar dan Abbey tidak yakin Arlington akan menurunkannya meski Abbey meminta.

James yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersipu sembari menggigit jarinya gemas. "They're such a match made in heaven, ya kan Lui?" tanya James menyenggol pelan lengan Luigene yang berada tepat disampingnya.

Mata James membelak lebar ketika ia secara tidak sengaja menangkap bekas cakaran yang tercetak jelas di leher Arlington. "Pantas saja mereka tidak keluar dari kamar sejak kemarin, lihat leher Arlington," ujar James setengah berbisik. "Aku tidak tau jika Abbey sebuas itu."

"Mereka bisa mendengarmu," balas Luigene dengan senyum tipis, sesekali memperhatikan punggung Arlington yang mulai menjauh.

Pria itu membawa Abbey masuk ke dalam mobil dan setibanya mereka di bandara Amsterdam, Arlington benar-benar tidak membiarkan Abbey menggunakan kakinya sendiri. Ia kembali menggendong Abbey hingga masuk ke dalam pesawat.

"Aku seperti orang lumpuh," cibir Abbey setengah berbisik. Arlington tidak menjawab, ia hanya membalas dengan senyum tipis sebelum menurunkan Abbey di atas pangkuannya.

"Berat badanmu bertambah?" tanya Arlington tanpa basa-basi, Abbey memang sering duduk di pangkuannya tetapi sejak kemarin—Abbey memang terasa lebih berat atau hanya perasaannya saja?

"Apa aku terlihat gemuk? Akhir-akhir ini aku suka sekali makan."

"Tidak, aku menyukainya. Kamu harus makan lebih banyak lagi," jawab Arlington sambil mengusap pelan punggung Abbey sebelum menurunkannya agar Abbey duduk di kursi karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang