Di sinilah sekarang Arlington berada, setelah Abbey menariknya ke dalam ruang kerjanya lalu mengeluarkan semua barang bukti yang sudah perempuan itu temukan, seolah meminta penjelasan dan kebenaran dari Arlington.
"Wow... kamu sudah mengetahui banyak hal..."
Mungkin setelah ini ia harus menyarankan Luigene untuk merekrut Abbey sebagai wakil intelijen Inggris atau jika boleh, Abbey menggantikan Luigene karena tampaknya Abbey lebih berbakat dari pada Luigene.
"Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya? Seharusnya kamu cerita, karena diam sama saja dengan berbohong."
"Maaf aku tidak cerita, aku sedang berpikir bagaimana cara memberitahumu." Arlington memang tidak berniat untuk mengatakannya kepada Abbey dalam waktu dekat. Ia sedang memikirkan cara bagaimana harus memberitahu Abbey karena Arlington takut jika Abbey tidak bisa menerima Shaleeya, ditambah kondisi perempuan itu yang jauh dari kata baik.
"Kamu tinggal memberitahu. Aku hampir membunuhmu karena salah paham, aku kira kamu bermain dengan perempuan lain!"
Arlington kembali menatap Abbey dengan tatapan heran. "Jadi kamu marah dan menamparku untuk ini?" Ia masih tidak habis pikir ditampar oleh seorang perempuan untuk pertama kalinya tanpa mengetahui alasan yang jelas.
"Aku tidak siap untuk mempertemukan kalian, aku takut kamu tidak bisa menerima Shaleeya dengan kondisi seperti itu."
Well, sepertinya hari ini Arlington harus mengatakan segalanya karena Abbey sudah mengetahui semuanya. Ia tidak ingin menghancurkan rumah tangganya dan mendapatkan tamparan dari Abbey lagi.
"Kamu gila? Dia saudarimu, Arlington! Dia juga saudariku! Apa maksudmu dengan keadaannya yang seperti itu? Jangan membicarakan sesuatu yang buruk tentang saudariku."
"Sekarang kamu memihaknya? Bukannya tadi kamu bilang kamu cemburu kepada Shaleeya?"
"Karena aku tidak tau jika kalian kakak adik!" sentak Abbey kesal. Ia masih tidak menyangka jika selama ini ia cemburu terhadap saudari Arlington. Bagaimana jika kemarin Abbey mendatangi Shaleeya dan memarahi perempuan itu karena salah paham. "Kamu hutang penjelasan kepadaku."
Sebenarnya Arlington masih tidak menyangka jika Abbey berpikir bahwa Arlington memiliki perempuan lain. Bukankah Arlington pernah mengatakan bahwa ia bukan suami yang brengsek?
Dan lagi Arlington sudah mengucapkan janji yang sakral di gereja. Ia bukan pria yang sembarangan berjanji jika ia tidak bisa menyanggupinya.
Arlington mengeluarkan sebuah map berwarna coklat dari lemari kerjanya. "Kamu menemukan semua barang bukti ini lalu menyimpulkannya sendiri tetapi kamu tidak menemukan ini?" Pria itu menarik dua buah foto hitam putih dari dalam sana dan meletakkannya di atas meja.
Mata Abbey langsung terarah kepada dua foto itu, matanya masih cukup jelas untuk menyadari jika itu adalah foto pernikahan Darnley, Ayahnya Arlington dengan dua perempuan yang berbeda.
"Ini Lady Anaraya, ibunya Shaleeya," tunjuk Arlington pada foto pertama. "Dan ini ibuku, Arla. Shaleeya adalah saudari tiriku. Aku, Luigene, dan Shaleeya tumbuh bersama sampai akhirnya Shaleeya pergi bersama dengan ibunya."
Jangan tanya seberapa konyol sekarang raut wajah Abbey, mendengar penjelasan Arlington. "Okay, mungkin sedikit tak masuk akal tetapi Luigene adalah adik angkatku."
"Aku sudah tau."
"Apa?" Sebenarnya, seberapa banyak yang sudah istrinya ketahui?
"Lanjutkan ceritamu, Arlington."
"Setelah bercerai, ibunya mengalami depresi dan sempat mendapat perawatan. Akhirnya pengadilan memutuskan untuk memberikan hak asuh Shaleeya kepada ibunya. Saat itu Shaleeya masih sangat kecil dan mengalami trauma karena ibunya melakukan kekerasan kepadanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Storie d'amore[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...