62.

21K 1.3K 40
                                    

Setelah menunggu lama, Shaleeya akhirnya bisa melihat Abbey yang beranjak keluar dari perpustakaan, bersama Arlington di sisinya. Shaleeya jadi tak enak hati kepada Abbey karena sempat menimbulkan keributan di rumah perempuan itu, semoga saja Abbey tidak marah kepadanya.

"Maaf aku menganggu kalian..." gumam Shaleeya sedikit menunduk, mendekati Abbey. Meski mendapati fakta jika Abbey adalah adik iparnya sendiri, tetap saja ia takut dan tak enak.

Untuk pertama kalinya Shaleeya melihat Abbey tersenyum dalam jarak yang begitu dekat, tepat di depannya.

Senyum hangat menghiasi wajah Abbey, tak lupa dengan mata berbinar. Pelukan hangat Abbey menunjukkan jika ia benar-benar menyambut kehadiran Shaleeya.

Abbey adalah anak tunggal, ia tidak memiliki saudara ada saudari sebelumnya. Dengan kehadiran Shaleeya di sini tentu Abbey akan sangat senang.

"Apa yang kau katakan? Seharusnya Arlington memperkenalkanmu lebih awal, aku kesepian di sini, dia selalu meninggalkanku untuk bekerja." Abbey mengatakannya dengan sungguh dan keadaan sadar, jika sejak awal Abbey tau jika Arlington memiliki saudari maka Abbey akan memaksa pria itu untuk membawanya kemari agar bisa menemani Abbey.

"Boleh aku memanggilmu Abbey?"

"Tentu!" Abbey mengangguk dengan antusias, menuntun perempuan itu untuk duduk dan meninggalkan Arlington dan Luigene. Abbey bahkan tidak menghiraukan Tacey yang sudah entah pergi kemana menggoda James.

Tatapannya beralih kepada perut Shaleeya yang sudah tampak sangat besar. "Aku boleh menyentuhnya?" tanya Abbey dengan sedikit gemas.

Shaleeya langsung menarik tangan Abbey agar menyentuh perutnya. Tampak Abbey sangat senang dan mengelus perut Shaleeya dengan lembut.

Apa sekarang Abbey boleh iri? Ia juga sangat menginginkannya.

"Bagaimana rasanya hamil? Apa perutmu terasa sakit karena ini sangat besar..."

Shaleeya tertawa kecil kemudian mulai menceritakan apa yang ia rasakan selama masa kehamilan, mulai dari Shaleeya yang tidak bisa tidur telungkup hingga ia yang kesulitan mengikat tali sepatu atau mencari pakaian berukuran besar.

Abbey hanya menyimak dengan tatapan mengharapkan dan juga kagum. Sebenarnya ia tidak peduli jika perutnya akan membesar, Abbey hanya menginginkan anak, ia merasa iri kepada Shaleeya. Abbey harap dengan adanya Shaleeya di sini, tidak membuatnya merengek kepada Arlington untuk segera membuatnya hamil.

"Berapa usianya?" tambahnya, "Kau sudah mengetahui jenis kelaminnya?"

"Hampir delapan bulan dan dia perempuan," jawab Shaleeya tegas dengan gurat wajah percaya diri. Fakta itu semakin membuat Abbey menghirup nafas dalam.

Oh tidak, ia sangat menginginkan anak perempuan.

"I see, sebentar lagi dia akan lahir." Abbey kembali mengusap perut Shaleeya, tak tanggung sesekali ia berjongkok di depan perut perempuan itu dan menempelkan telinganya.

" Abbey kembali mengusap perut Shaleeya, tak tanggung sesekali ia berjongkok di depan perut perempuan itu dan menempelkan telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang