+ Content and/or trigger warning: this part contains scenes of sexual activity which may be triggering for some readers.
_______________________________Pagi-pagi sekali Abbey sudah bangun untuk menyambut suaminya, bahkan semua pelayan yang berjaga di saat pagi hari belum bangun tetapi Abbey lebih dulu duduk di ujung tangga menunggu suaminya.
Ia sudah terlalu bersemangat sampai rasa kantuk menyerangnya dan berakhir tertidur di ujung tangga, membuat Luigene yang melihat, mau tak mau membangunkan Abbey agar tidak tidur di tangga seperti itu.
Pria itu menepuk pundak Abbey, "Abbey?" tidak ada jawaban, perempuan itu masih tertidur. Luigene tidak tau sudah berapa lama Abbey tertidur di sini.
"Abbey bangunlah jangan tidur disini, lantainya sangat dingin nanti kau sakit," kata Luigene sedikit berbisik sambil sesekali menyenggol perempuan itu.
Mata Abbey perlahan terbuka menatap Luigene, ia mengusap matanya sendiri. "Dimana Arlington?"
"Dia belum tiba, sebentar la—" perkataan Luigene terpotong ketika terdengar suara gaduh dari arah pintu penghubung foyer dan mendapati pria dengan balutas jas yang sangat Abbey rindukan.
Abbey dengan cepat bangkit tak menghiraukan Luigene yang berjongok di depannya dan langsung berhambur memeluk Arlington, beruntung pertahan Arlington kuat sehingga tidak terjatuh.
Kakinya di kalungkan pada pinggang Arlington dan pria itu memeluknya kuat agar Abbey tak terjatuh. "Kamu seperti singa buas," kata Arlington hampir berbisik.
"Aku merindukanmu bodoh, sangat merindukan kamu." Abbey membenamkan wajahnya pada leher Arlington membuat pria itu sedikit bergerak gelisah.
"Jangan lakukan itu Abbey."
"Lakukan apa?"
Arlington tidak menghiraukan pertanyaan Abbey dan lebih memilih untuk berjalan ke arah kamar dengan Abbey yang masih melekat pada tubuhnya seperti anak koala.
"Luigene, biarkan Erdem yang mengurus barang-barangku," ucap Arlington tak acuh kemudian melangkah naik menyusuri tangga.
Setibanya di kamar, Arlington langsung menurunkan Abbey pada tempat tidur dan melepas jasnya. "Apa kita akan melakukannya?"
"Melakukan apa?" tanya Arlington heran.
"Itu..."
"Apa?"
"Ya itu..."
"Aku tidak mengerti," balas Arlington memang tak mengerti dengan perkataan Abbey.
"Ah sudahlah..." Abbey kembali berbaring pada sisi ranjangnya dan membelakangi Arlington. Ia sudah terlalu kesal dengan pria itu.
"Abbey kemarilah," panggil Arlington yang sudah duduk di pinggiran ranjang dengan dua kancing teratas kemejanya yang terbuka. Abbey menoleh dan menurut, ia sedikit merangkak ke arah Arlington dan menempatkan kedua kakinya di atas paha Arlington.
"Apa?"
"Aku ingin bertanya."
"Apa? Apa? Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Roman d'amour[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...