40.

25.3K 1.5K 132
                                    

"Bajingan Edward!" satu pukulan sukses menghantam wajah kanan Edward dengan lancang, hingga pria itu tersungkur.

"Dimana istriku!" Arlington akan memukul Edward lagi jika saja bodyguard Arlington beserta Erdem tidak datang menahan Arlington. Edward tidak membalas, ia terduduk sembari memegangi wajahnya yang terasa sangat panas.

"Kau marah?" tanya Edward dengan enteng, "Seperti itulah perasaanku saat kau membawa tunanganku Arlington! aku sangat marah dan ingin membunuhmu."

"Kau harus merasakan kehilangan yang sesungguhnya, kau harus merasakan apa yang aku rasakan."

"Katakan dimana Abbey, brengsek!" Arlington bersumpah ia berusaha menahan diri untuk tidak membunuh Edward saat itu juga.

"Katakan dimana Shaleeya."

"Aku akan membunuhmu Edward."

"Lakukan..." tantang Edward tanpa rasa takut, "Aku tidak tau dimana Abbey, aku tidak menyembunyikannya seperti kau menyembunyikan tunanganku."

"Kau membawanya! aku punya bukti, kau membekapnya dan membawanya masuk ke dalam mobilmu."

Arlington bersiap untuk memukul Edward tetapi Erdem kembali menahannya, "Cukup tuan, biar saya yang mengurusnya." Erdem tidak mau jika besok mereka masuk ke dalam berita karena saling membunuh tanpa mengetahui kebenarannya.

Erdem lebih mengenal Edward dan ia akan bisa mengatasi masalah ini dengan emosinya yang sangat stabil.

Setelah perundingan panjang, Erdem keluar untuk menemui Arlington yang sudah menunggu di dalam mobil. Pria tersebut memberikan sebuah rekaman mobil Edward, terlihat Abbey memang masuk ke dalam mobil Edward tapi hanya sebentar karena setelahnya perempuan itu turun.

"Edward tidak terlibat. Dia tidak membawa Abbey bersamanya."

"Lalu dimana istriku, Erdem?"

"Apa dia membawa ponsel?"

"Tidak, ponselnya ada di James tetapi," ucapan Arlington menggantung ketika ia menyadari jika Abbey menghubungi James menggunakan ponselnya, "Abbey sempat menghubungi James dengan ponselku, lacak keberadaan ponselku."

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka menemukan keberadaan ponsel Arlington disuatu tempat, "Ponselmu sudah berada disana selama dua jam."

"Tempat apa ini?"

"Itu apartemen Abbey!" celutuk James yang berada disamping Arlington, sejak tadi pria itu hanya diam karena takut. Ia takut dengan aura dingin Arlington yang mencekam, seolah ingin membunuhnya detik itu juga.

"Kita ke apartemen Abbey, sekarang." perasaannya sangat tidak nyaman. Ia harus memastikan jika Abbey baik-baik saja.

Sesampainya disana, Arlington langsung masuk diikuti oleh Erdem dan James. James sudah lebih dulu menghubungi security yang berada disana untuk membuka pintu utama agar mempercepat pergerakkan mereka.

Kecuali pintu apartemen Abbey sendiri, tidak ada yang bisa membukanya selain perempuan itu atau orang yang memiliki akses tertentu.

"Abbey aku mohon buka pintunya." pria itu mengetuk pintunya tetapi tak kunjung ada jawaban, membuatnya mendesah frustasi, "Abbey... aku tau kamu di dalam, aku tau kamu mendengar aku, tolong buka pintunya."

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang