Rujak Manis (Marcha)

154 17 22
                                    

Ternyata apa yang ada di pikiran Marcha berbeda dengan yang terjadi sekarang

Deven dulu waktu SMP sudah pasti berbeda dengan Deven yang sekarang

Deven memang masih sopan dan seperti apa yang Marcha pikirkan saat pertama kali mereka bertemu tapi... meskipun Deven paham dan mengerti semua isi buku notes ini, seharusnya ia tidak menganggap buku ini gak penting khan?

Apa Marcha yang menganggap semua ini berlebihan?

Marcha kembali masuk ke dalam kamar, menyimpan buku itu rapi di dalam tas sekolahnya
Ia selalu membawa buku Deven kemanapun ia pergi dan paling penting membawanya ke sekolah

Meskipun di sekolah ia terkenal

Meskipun ia pintar

Dan meskipun ia cantik

Ada beberapa orang di sekolah yang tidak menyukainya dan menuliskan hal-hal buruk tentangnya di kolom komentar sosial media'nya

Marcha bukan orang kuat, ia manusia yang bisa menangis meskipun ia berusaha tidak menangis di depan kedua orang tua dan adiknya

Dan selama ini buku notes Deven yang menguatkannya, yang membuatnya bertahan dengan semua omongan yang tidak menyenangkan itu

Marcha duduk di tepi ranjangnya, ia tidak yakin untuk bertemu Deven lagi di bawah

Berbulan-bulan ia menunggu moment tadi dan...

"Kak, kak Deven sama kak Rey mau pulang ini" kata Ingvar dari balik pintu

"Oh ya, bentar" kata Marcha

Marcha berdiri dan berjalan keluar kamarnya, turun ke ruang tamu

Ingvar masih berbincang dan bercanda dengan Deven dan Rey

"Eh kak Marcha" kata Ingvar "mereka mau pamit sama kakak juga"

"Sampai ketemu besok Cha" kata Deven duluan

"Besok?" Marcha bingung

"Ya, besok gue sama Rey ke sekolah lo buat tanding khan" kata Deven

"Oh itu, yaaa" kata Marcha mengangguk "sampai besok"

"Kalian kapan ya pindah ke Jakarta?" tanya Rey

"Itu tunggu papa sih" kata Marcha "paling cepat bulan depan"

Rey tersenyum lebar sambil menepuk pundak Deven

"Bulan depan tuh bro" kata Rey

Deven menoleh ke arah Rey dan tersenyum samar seperti tertahan

"Ya, kalau lo perlu apapun di Jakarta" kata Deven "lo bisa chat atau telepon gue, Cha"

"Aku gak punya nomermu" kata Marcha

"Ow, gue pikir punya... Ingvar khan punya" kata Deven

"Ya tapi aku gak tanya nomer hp orang dari adikku khan meskipun aku kenal, aku mau orangnya langsung yang ngasih tau" kata Marcha

"Kak Cha" kata Ingvar terkekeh

"Tuh Pon, tuh!!!" kata Rey bersemangat

Deven hanya tertawa pelan "ya, gue ngerti kok... lo bisa catet nomer gue"

"Sebentar" kata Marcha mengeluarkan hpnya

Deven memberitahu nomernya dan langsung Marcha chat

Deven juga langsung menyimpan nomer Marcha

"Semoga lancar ya sampe pelaminan komunikasi dan hubungannya" kata Rey terkekeh menatap ke arah Deven dan Marcha

Sementara Ingvar dan Marcha ikut tertawa pelan

Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang