Lelaki yang sama (Shanna)

139 17 22
                                    

Shanna menutup matanya

Ia takut tapi ia menggengam erat gantungan kunci berbentuk bola basket itu

Ia takut, perban yang menutup matanya akan dibuka, ia mungkin bisa melihat atau mungkin tidak sama sekali atau bahkan seperti biasanya, dia seperti hidup dalam kegelapan selama beberapa tahun ini

Ia sempat mengalami depresi berat ketika ia bangun dari tidurnya dan tidak bisa melihat apapun

Shanna sempat ingin mengakhiri hidupnya tapi...

ia tidak ingin membuat orang tuanya bersedih

Seumur hidupnya, ia menggunakan suaranya untuk menyanyi dan membantu orang lain
Ia tau bagaimana 1 nyawa begitu berharga, ia tidak ingin menyia-nyiakannya begitu saja

Beberapa tahun yang lalu saat ia masih SMP, ia mengalami kecelakaan mobil dengan kakaknya yang membuat retina matanya robek

Dokter bilang matanya bisa diobati tapi Shanna harus menjalani berbagai macam terapi dan operasi

Saat ini, ia bisa melihat hanya saja segala sesuatunya, semua yang ada di sekitarnya itu tampak buram, tidak jelas

Ia menutupi kebutaannya itu dengan kacamata hitam atau kacamata yang agak gelap tapi tetap saja, rasa percaya dirinya berkurang daripada saat itu masih bisa melihat semuanya dengan jelas...

Dia akan pindah sekolah beberapa bulan lagi, sekolahnya sekarang tidak memungkinkan selain karena jauh...

Terlalu banyak pembullyan, dia tidak bicara pada orang tuanya, ia tidak ingin orang tuanya itu khawatir dengan keadaannya sampai seminggu yang lalu, dia dikunci di dalam toilet dan menangis karena tidak bisa keluar dari toilet itu

Untung saja ada guru yang mendengar nya menangis dan menyelamatkan nya

Tapi orang tua Shanna sudah kecewa dengan pihak sekolah yang hanya menskores siswa yang membully Shanna dan bukannya mengeluarkan nya dari sekolah

"Kamu akan baik-baik saja" terdengar suara lembut mamanya

"Iya ma" kata Shanna tersenyum dan meraba-raba sekitarnya sampai menemukan tangan mama nya

Mamanya memegang erat tangannya sementara ia mendengar banyak bunyi di sekitarnya
"Kamu siap Shanna?" terdengar suara lembut dokter Irwan

Shanna menarik nafasnya dalam-dalam dan menghempaskannya perlahan

"Siap dok" jawab Shanna lembut

Shanna mencium harum parfum dokter Irwan yang membuka perban yang menutupi matanya
Shanna masih menutup matanya, ia tau semua perban sudah terlepas tapi ia tetap tidak berani membukanya

"Shannon" panggil mamanya pelan

Shanna mendengarnya lalu ia membuka matanya perlahan...

Terlihat sedikit pemandangan yang mengabur, ia melihat sedikit wajah mamanya... ia sudah lama tidak melihat wajah mamanya tapi ia masih memegang tangan mamanya

"bagaimana?" tanya mamanya

Shanna terdiam menatap sekelilingnya, pengelihatannya sudah membaik tapi masih mengabur dn masih seperti sebelumnya, Shanna menatap mamanya dan menggelengkan kepala nya, menahan getir perasaan hati nya

"aku bisa ngeliat mama tapi..." kata Shanna lirih "lebih baik daripada dulu"

kata-kata barusan menjelaskan segalanya, mamanya memeluk Shanna

dokter Irwan menghela nafasnya "kita teruskan terapinya kalau begitu?. senen depan?" tanya dokter Irwan

Shanna memejamkan matanya, terapi ini seperti siksaan batin yang datang setiap minggu nya, ia seperti menahan perasaannya untuk tidak menangis atau mengeluh setelah terapi hanya karena ada mamanya di sampingnya, ia tau begitu ia mengeluh mama nya itu akan menangis, ia tidak ingin seperti itu

Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang