Kompetisi Cinta (Marcha)

123 18 33
                                    

Marcha suka melihat wajah Deven yang memerah dan ia semakin yakin lelaki ini mempunyai perasaan padanya, tidak banyak... sedikit tapi itu lebih baik daripada sama sekali tidak ada

"ma-maksudnya Cha?" tanya Deven kaget

Marcha melihat di sekitar leher Deven bulu kuduknya berdiri, Marcha tersenyum dan menahan tawanya

"gue capek Dev" kata Marcha menguap "dari pagi gue sibuk, ke tempat ibadah, ke rumah tante, ke toko tante belum anterin Ingvar beli raket tennis, gue ngantuk banget"

"terus?" tanya Deven bingung

"gue boleh gak tidur di tempat tidur lo, bentar aja" kata Marcha

Deven menatap tempat tidurnya lalu menatap ke arah Marcha, Marcha tau Deven orang baik dan ia pasti mengijinkan Marcha tidur tapi boro-boro mendapatkan ijin nya

"Harusnya tadi lo telepon gue dan bilang kalau lo capek" kata Deven lembut "kalau lo mau tidur, gue gak akan nyuruh lo kesini"

"Tapi gue pingin ketemu ama lo" kata Marcha

"Cha, tiap hari kita ketemu di sekolah" kata Deven "kita bisa kok ngomongin bisnis entar, kalau lo capek dan sampe sakit karena bisnis gue... khan jadi gue yang gak enak"

"Ini bukan bisnis lo aja tapi bisnis gue juga" kata Marcha "gue pingin ini cepet kelar dan kita bisa bikin iklan bareng"

"Iklan" ulang Deven

"Iya, kita promo di sosmed masing-masing tapi kita berdua yang promosi" kata Marcha "gue rasa itu udah cukup narik banyak orang"

Deven berdeham dan berjalan duduk di tempat duduk nya, ia menghela nafasnya berat lalu menatap Marcha

"gue rasa itu bukan ide yang bagus" kata Deven nyengir tertahan

"kenapa?, lo artis dan gue juga lumayan terkenal, kita..." kata Marcha

"justru karena gue artis" kata Deven "gue gak mau media nyerang elo Cha, gue..."

"maksudnya nyerang?" tanya Marcha bingung, ia sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Deven

"mantan gue itu artis, dia terkenal" kata Deven "kita dulu diserang habis-habisan sama media dan nitijen waktu hubungan kita berakhir, hal itu sudah cukup menyakitkan buat gue dan dia lewati apalagi sekarang kita udah jadi temen, gue gak mau hal itu terulang lagi sama elo dan mereka semua itu juga bakalan nyerang elo padahal elo cuman temen gue"

"temen" kata Marcha "lo tau gue berharap lebih dari temen"

Deven terdiam tapi dia bukannya kaget, terlihat dari sorot matanya kalau dia tau hubungan mereka lebih dari sekedar teman saat ini

"gue tau apa yang lo maksud tapi untuk saat ini" kata Deven memejamkan matanya "gue gak bisa Cha, gue masih pingin sendirian dan mikir tentang sekolah, bisnis kita dan..."

"alasan" kata Marcha pelan "gue tau itu semua cuman alasan, lo cuman gak mau ngebuka hati lo buat gue"

"gue butuh waktu" kata Deven

"sampai kapan?" tanya Marcha

"sampai gue rasa waktu nya tepat" kata Deven "gue gak mau gagal lagi"

Marcha menatap Deven, ia tau kalau Deven baru saja patah hati... ia pasti butuh waktu untuk menyembuh kan luka nya, entah apa yang terjadi antara dia dan mantan nya, meskipun pada akhirnya berakhir baik tapi pasti itu menyakitkan

"ya udah kalau gitu tapi gue boleh tidur khan di sini?" tanya Marcha

"sebenernya gue tadi mau tidur sebelum lo dateng tapi keliatannya lo lebih butuh istirahat daripada gue" kata Deven tersenyum "ya udah, silahkan kalau lo mau istirahat"

Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang