29. Kenapa harus dia?

60 6 1
                                    

29. Kenapa harus dia?

Wajah Arion menjadi cahaya penerang mereka yang sedang bimbang. Kebimbangan dan gundahnya lara dalam hati akhirnya bisa berjalan berkat penerangan itu. Cahaya menelusuri labirin teka-teki langkah yang akan dituju, apakah hilang atau menerjang badai. Titik cahaya itu akhirnya menuntun Club Yatta kepada harapan itu sendiri. Dari senyum Arion yang menawarkan diri, bebercak jawaban bahwasanya mereka masih bisa bertahan. Club Yatta mendapatkan satu anggota lagi sehingga mereka bisa diakui oleh sekolah sebagai organisasi yang resmi.

Raka begitu menyambut kedatangn Arion. Dirinya memeluk erat pria itu dan mengucapkan kata terima kasih berkali-kali. Seseorang yang tidak luput dari apresiasi Raka ialah Freya sendiri. Ia tahu bahwa Freya sudah mengikat janji untuk membawa Arion ke sini. Akhirnya, Freya menyanggupi janji itu dengan sebuah jawaban. Hentak langkah Arion menjadi jawaban itu sendiri, menawarkan diri untuk bergabung menjadi salah satu dari mereka. Tiada yang tidak senang dengan keputusan itu, termasuk Karin yang mengurungkan niat untuk pergi. Ia kembali masuk dan bergabung dengan pelukan hangat sesama anggota club.

Secepat mungkin Raka mengurusi seluruh administrasi organisasi. Ia tidak peduli jam sibuk dan langsung menerobos pintu ruang Kepala Sekolah. Negosiasinya dengan pemimpin tertinggi sekolah itu akhirnya berbuah hasil. Tiada rugi ia bolak-balik ke ruangan ber-AC itu demi meminta penangguhan waktu. Penangguhan waktu itu mengajarkan dirinya arti sebuah kesabaran. Jiwa sabar tersebut membawakan hasil kepada dirinya sendiri. Kepala Sekolah pun mendandatangani Surat Keputusan untuk organisasi mereka.

Sudah dua hari ini euforia Raka belum hilang. Ia sangat senang bisa membangkitkan club yang sudah lama mati dalam kuburan ini. Semenjak ia kelas satu SMA, club ini mati karena tiada satu pun orang yang ingin mengurusi. Akhirnya, Raka dengan seluruh pengaruh dan tanggung jawabnya bisa meyakinkan seluruh pihak bahwasanya club Jepang di SMA-nya masih bisa eksis, meskipun hanya dengan sedikit orang.

Walaupun begitu, Raka memiliki keyakinan bahwasanya akan semakin banyak orang yang berminat bergabung apabila Club Yatta memiliki segudang prestasi. Bukan hanya dirinya dan teman satu club itu saja yang berminat dengan Jepang. Mereka di luar club menyukai budaya Jepang Cuma sekadar penghabis waktu luang, tanpa ingin dikembangkan. Oleh karena itu, Raka akan terus menyemangati teman satu club agar terus berkarya. Karin harus bisa menyabet banyak prestasi dengan suaranya yang gemilang. Zeta, sang penulis light novel bernuansa Jepang tidak bisa dianggap amatiran. Ia sudah menuliskan beberapa serial light novel yang dipajang di toko buku. Setelah itu, Freya pun datang dengan minatnya untuk menjadi cosplayer. Ditambah lagi Raka sangat senang bahwasanya Arion ingin bergabung. Arion merupakan jajaran mangaka genre fantasy tingkat pelajar. Sudah pasti pria itu menjadi amunisi utama.

Kedatangan Arion memang membanggakan. Namun, ada satu orang yang tidak menyukainya, yaitu wanita yang tengah berada di tepian lapangan basket gelanggang sekolah. Ia sedang asyik memerhatikan Raka sedang menguji kebolehannya di bawah ring basket. Dirinya merupakan sedikit dari sekian banyak perempuan yang ingin lebih dekat dengan Raka, termasuk berbicara mengenai hal yang lebih privasi.

“Kenapa harus dia?” tanya Karin.

Napas Raka berusaha untuk normal kembali setelah bergerak men-dribble bola basket. Ia genggam bola itu dengan satu tangan, lalu berjalan melangkah ke hadapan Karin yang sedang terduduk.

“Hanya dia satu-satunya harapan gue biar club ini bisa bangkit lagi. Lo bilang gue harus nanggalin idealisme gue, kan?” Raka menggeleng sesaat. “Gue enggak bisa. Idealis tetap idealis. Pada akhirnya, idealisme gue bikin kita bertahan.”

“Tapi, kenapa idealisme lo itu harus Arion?!” Pertanyaan Karin terdengar tegas. Ia begitu tidak menyukai kehadiran Arion di tengah-tengah mereka.

Suara Karin memaksa Raka untuk menggenggam tangan wanita itu. Ia duduk tepat di hadapan Karin, lalu memandang matanya dengan lembut.

“Karin, Arion adalah masa lalu. Masa lalu cuma omong kosong yang bisa lo lupakan. Enggak ada hubungan apa-apa lagi kan di antara kalian? Kalau iya, cobalah profesional dengan menganggap Arion sebagai rekan satu club.”

“Dia itu pembohong, Raka. Ketika gue lagi sayang-sayangnya, kenapa dia ninggalin gue? Ninggalin gue dan malah milih cewek yang bahkan gue enggak tahu siapa. Lo bisa bayangin gue sakitnya bagaimana?”

Kini, ia genggam tangan Karin lebih erat. “Gue hanya ingin club ini berjaya kaya dulu, sewaktu senior masih ada di sini. Gue enggak mau mengotori rencana itu dengan hal-hal privasi seperti ini. Selain itu, lo harus bisa menerima.”

“Lo yakin bakalan enggak apa-apa dengan kehadiran Arion?” Tangan Karin menyentuh wajah Raka.

“Apa gue kelihatan cemburu?” tanya balik Raka dengan mengecup telungkup tangan Karin. “Demi kejayaan club ini, gue buang masalah privasi gue. Dan lo harus ingat, gue menerima Arion di sini karena gue percaya sama lo. Gue percaya bahwa lo bisa memegang kepercayaan yang gue titip sama lo.”

“Lo memang cowok yang baik, Raka. Terima kasih udah milih gue di antara sekian banyak cewek di luar sana yang pengen sama lo.”

“Jangan bandingkan cewek di luar sana. Lo itu spesial bagi gue.” Senyum Raka melenggang dengan lembut untuk menghibur wanitanya itu.

Begitulah rasa yang bergetar di antara dua insan yang sedang kebakaran cinta. Cinta meluluhlantakkan seluruh halangan yang ada di hadapan. Dengan cinta seluruh hal bisa bersatu. Romansa manis yang sedang terjadi di antara mereka tidak terjadi begitu saja. Ada waktu yang berperan dalam menumbuhkan rasa, menumbuhkan cinta di antara mereka. Hingga satu waktu dalam pertemuan titik perasaan itu mengungkap kata cinta dan penerimaan. Janji untuk saling melengkapi diucapkan, hingga hubungan antara Raka dan Karin masih bertahan hingga sekarang.

***

Anantara RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang